Oleh Julianto Siaril
Gereja Katolik mengajarkan bahwa gereja merupakan satu kesatuan tubuh dari umat beriman didalam surga dan diatas bumi, adalah tempat berkumpulnya orang orang yang seiman dalam Tuhan Yesus Kristus.
Peranan wilayah sebagai gereja gereja kecil sangat penting dalam menumbuhkan kehidupan menggereja yang meriah dan ramai didalam satu paroki atau gereja.
Mayoritas umat dalam konteks wilayah itu ibarat benih yang ditaburkan penabur. Ada yang jatuh di pinggir jalan, tanah bebatuan, semak belukar dan tanah yang subur.
( Matius 13: 3-8).
Benih yang jatuh dipinggir jalan, terhalang oleh lalu lalang kebisingan, sehingga sulit untuk terlibat dan berkembang. Bahkan panggilan dengan pengeras suara yang maksimum sekalipun sulit didengar.
Benih yang tumbuh di tanah bebatuan mempunyai kandungan hara yang miskin. Meskipun tumbuh, akarnya tidak banyak dan dalam , dan karenanya mudah tercabut. Sulit mengharapkan keterlibatannya.
Benih yang tumbuh di semak belukar, keterlibatannya didalam komunitas tergantung banyak faktor. Ibarat benih, dia survive tetapi kurang memberi warna. Banyak faktor faktor duniawi yang menjadi dasar pertimbangan partisipasinya.
Benih yang subur, tumbuh dan berkembang, menjadi tanaman yang rimbun dan memberi warna, tetapi bukan berarti tidak ada masalah. Karena kecewa dari kurangnya apresiasi, kelompok inipun bisa menjadi patah arang dan menjauh dari wilayah, mencari lahan subur lainnya sesama mereka.
Membagi tanah subur kepada sesama tanah subur lainnya jauh lebih nyaman, gampang dan menyenangkan daripada membagi kepada tanah semak belukar apalagi tanah bebatuan yang keras yang banyak rintangan,tantangan, kritikan yang tidak mengenakkan hati bahkan menyesakkan.
Makanya tak heran banyak aktivis aktivis di satu wilayah, pewarta yang mumpuni, pendoa, koordinator persekutuan,tidak pernah terlihat eksistensinya di wilayah. Karena orang orang ini akhirnya lari ke kelompok kelompok kategorial dimana visi, misi dan kepentingannya sama.
Seharusnya kita semuanya menyadari, wilayah apabila dipelihara dengan baik adalah lahan yang subur, tempat dimana kita menaruh harapan bagi kemajuan rohani dan kehidupan sosial religius banyak orang. Di komunitas lah relevansi kehidupan menggereja sehari hari menjadi real. Lahan dimana kita bisa menjadi pemain aktif pewartaan kabar gembira dan sukacita. Membagi talenta yang kita punyai kepada orang disekitar kita, menerima dan menghargai talenta orang lain buat kita.
Buah atau sayuran yang paling enak itu adalah buah atau sayuran yang tidak memerlukan perjalanan jauh untuk sampai ke meja makan kita, yaitu yang diambil dari lahan disekitar kita, terlebih apabila itu hasil dari jerih payah usaha kita, BUAH dari pohon yang kita tanam. Ada kebahagiaan, eksistensi, relevansi, prestasi, kebanggaan dan kesegaran disitu.
Oleh karena itu, mengapa kita tidak memberi yang terbaik buat wilayah kita, mencari dan membagi kesegaran iman itu disekitar kita yang terdekat sesuai dengan level keseharian kita.
Dengan ikut serta pertemuan saja kita sudah melakukan pewartaan. Menyebabkan wilayah itu menjadi meriah, ramai dan penuh kegembiraan. Yang terpanggil untuk mengurusi pun menjadi riang dan semangat.
Dimanakah kita berada sekarang? Baik kita berada di lahan semak berduri maupun di lahan yang subur, lahan pertumbuhan menunggu kita untuk dirawat.