Oleh Fr Blasius Trinold Asa, SVD
Doa pembuka
Allah Mahakuasa dan Kekal, Engkaulah sumber kebijaksaaan hidupk kami. Pada-Mu, kami berharap. Curahkanlah Roh Kekuatan-Mu, agar kami mampu menghadapi tantangan hidup ini. Engkaulah Tuhan dan Andalan kami. Amin.
Kutipan: Injil Matius 4:1-11.
“Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun supaya dicobai Iblis… Sesudah itu Iblis meninggalkan Yesus, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Dia.” (Mat 4:1.11).
Ilustrasi
Pada suatu kesempatan konsultasi keluarga, seorang bapak mengutarakan rasa kecewa terhadap isterinya karena membelanjakan barang sesuai keinginan bukan berdasarkan kebutuhannya. “saya bertanya mengapa isteri saya membelanjakan banyak barang yang mahal, tetapi tidak atau jarang dipakai. Sepertinya dia tidak menghargai saya yang telah bekerja keras untuk menghidupi keluarga kami.” Memang masih ada banyak hal lain yang diceritakan. Kelihatan masalah finansial dan kepercayaan satu sama lain dapat menjadi pemicu pertikaian dalam rumah tangga. Namun, perkaranya tidak sampai di situ saja. “Suami saya memang perhatian dan tipe pekerja keras. Saya juga bekerja keras di rumah, mengurus anak-anak, mengurus rumah, dll.” Lanjutnya, “Ada sesuatu hal lain yang saya rasa kurang di antara kami. Itu bukan barang atau materi. Ada kekosongan dalam diri yang tidak terisi. Perhatian, waktu, kasih sayang yang saya rasakan kurang didapat.”
Setelah bercerita panjang lebar, pasangan itu menyadari pengalaman ‘padang gurun’ dan pencobaan yang menerpa bahtera rumah tangganya. Mereka kembali ke rumah dengan satu suara untuk membarui komitment hidup bersama, menentukan skala prioritas bagi kelangsungan keluarga dan terutama memperbaiki sikap serta instrospeksi diri masing-masing.
Refleksi
Tak jarang kita menghadapi situasi sulit dan tantangan yang tidak sedikit dalam hidup. Entah itu masalah di dalam rumah tangga, masalah di tempat kerja, di tengah komunitas dan tanpa disadari mempengaruhi perkembangan diri menjadi pribadi yang lebih baik dan utuh. Di tengah permasalahan itu, kita seakan berada dalam masa pencobaan yang tak kunjung usai, berada dalam situasi padang gurun, dalam kekelaman kegelapan yang kian mencekam. Mengapa kita harus mengalami semuanya itu? Dimanakah Tuhan saat kita dicobai?
Bukan hanya kita saja yang mengalami pencobaan. Yesus pun pernah dicobai di padang gurun. Injil mencatat, setelah berpuasa 40 hari lamanya, Yesus mengalami godaan iblis. Godaan pertama: mengubah batu menjadi roti. Rupanya iblis dekat sekali dengan Tuhan dan menanti bilamana Yesus lemah. Seperti Yesus, tak kala lemah dan rapuh, kita sering jatuh ke dalam godaan iblis untuk memuaskan kebutuhan fisik dan keinginan-keinginan lainnya. Yesus melawan godaan pertama ini dengan menegaskan: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (bdk Ul 8:3). Makanan diperlukan untuk mengatasi kelaparan fisik. Namun, masih ada banyak bentuk kelaparan lainnya yang tidak bisa dipuaskan hanya dengan roti saja. Hal ini mengingatkan kita pada apa yang pernah diutarakan oleh Mother Teresa dari Kalkuta: “Tak diinginkan, tak dicintai, tidak diperhatikan, dilupakan orang, itu merupakan derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada orang yang tak bisa makan.” Yesus menolak godaan iblis dengan menunjukkan bahwa melakukan Firman Tuhan jauh lebih berarti. Apa saja yang Tuhan firmankan? Tuhan berfirman agar kita mendoakan dan mengampuni musuh tanpa batas, mengunjungi mereka yang sakit, memberi makan kepada yang lapar dan haus, mencintai sesama dan Allah, sama seperti mencintai diri sendiri, itu jauh lebih penting. Memahami, mencintai dan menerima suami/isteri, mengasihi anak-anak, memperhatikan orangtua dan para lansia, itu jauh lebih penting dan berarti dari materi yang diberikan untuk kepuasan sesaat. Kita ingat kisah tentang Manna di padang gurun. Apa yang terjadi setelah bangsa Israel diberi Manna? Mereka tetap bersungut-sunggut dan meragukan Tuhan. Kita ingat kisah penggandaan roti dan ikan? Sesudah Yesus memberi makan empat ribu orang (Mk 8: 1-10), para murid-Nya masih tertutup mata dan hatinya untuk melihat kemahakuasaan Allah dan menjadi percaya. “Mengapa kamu memperbicangkan roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti?” (Mk 8: 17). Kristus adalah Manna baru, Roti yang urun dari Surga, yang memberi kehidupan kepada dunia. Mendengarkan Sabda yang menjelma menjadi Manusia, Roti Kehidupan, berarti kita pun turut dimampukan untuk melawan setiap bentuk godaan iblis yang kapan pun bisa mengganjal kita dalam berbuat kasih dan kebaikan.
Godaan kedua: kekuasaan. Kekuasaan dan kemegahan dunia akan diserahkan kepada Yesus iblis disembah. Kali ini iblis lihai karena sasarannya bukan lagi mengenai urusan perut, melainkan urusan hati. Dimanakah Yesus akan menempatkan hati dan cinta-Nya? Apakah Yesus memilih mencintai kekuasaan dan kemegahan dunia daripada mencintai Bapa-Nya? Seringkali kita dihadapkan dengan goodaan iblis ini. kita tergoda untuk menempatkan harapan pada sesuatu yang dapat memuaskan keinginan diri daripada percaya kepada Allah? Kita menginginkan karier yang cemerlang, mobil yang mahal, rumah, nominal di nomor account, focus pada gadget dan perkembangan di sosial media, sampai melupakan pemberi kehidupan yang sesungguhnya yaitu Tuhan. Kita menjadi ragu akan kekuasaan Tuhan, dan lebih memilih kemegahan duniawi. Terhadap godaan kedua dari iblis itu, Yesus menyatakan hanya Tuhan sajalah yang patut disembah, dan hanya pada Tuhanlah terdapat segala kekuasaan dan kemuliaan. Tuhanlah yang Mahakuasa. Dia mengetahui betul apa yang menjadi kebutuhan hidup kita. “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:31-33). Mencari kerajaan Allah dan kebenarannya berarti kita ingin dipimpin dan dibimbing untuk berbakti dan memusatkan hidup pada Allah yang Mahakuasa, Mahatahu, dan Maha mencinta.
Godaan ketiga: sensasi. Yesus dihadapkan pada godaan untuk mengadakan hal-hal sensasional. Iblis menggoda Yesus untuk menjatuhkan diri dari ketinggian di bubungan Bait Allah hanya demi mencari sesasi agar orang melihat, “wah, hebat ya.” Hal-hal sensational itu terbatas dan ada masanya, bisa sebulan, seminggu ataupun sehari saja. Artinya tidak tinggal tetap. Orang begitu ber-euforia pada sesuatu barang, kejadian atau tokoh tertentu, namun semuanya ada batasan. Tidak ada yang kekal, abadi. Yesus menyadari euphoria yang dijanjikan iblis. Yesus melawan godaan ini dengan berkata: ‘jangan mencobai Tuhan Allahmu’. Beriman itu bukan untuk mencari sensasi. Bukan percaya seminggu, sebulan, setahun, dan itu sudah cukup. Beriman berarti kita berproses sepanjang hidup untuk melihat dan percaya akan campur tangan Allah dalam seluruh rangkaian perjuangan jatuh dan bangun, susah dan senang, sampai akhirnya seperti rasul Tomas, kita mengakui “ya Tuhanku dan Allahku!”
Di Penghujung masa pencobaan, Yesus mengalahkan godaan si jahat, dan kemudian ‘malaikat-malaikat datang melayani Dia’ ‘Dalam doa Bapa Kami, kita berseru ‘…. Bebaskahlah kami dari yang jahat.” Bersama Allah kita pun dimampukan mengalahkan rayuan iblis yang bisa datang kapan saja dan dalam bentuk apa saja. Bila bukan Tuhan, maka kekosongan diri dalam pergumulan hidup akan diisi oleh kekuatan iblis. Sama Seperti Yesus menaklukan godaan si jahat, Kita harus tegas mengatakan: ‘enyahlah iblis,’ sehingga Tuhan sajalah yang merajai dan menerangi diri kita.
Inspirasi
Prapaskah Adalah Masa Penuh Rahmat Untuk Memperbaharui Perjumpaan Kita Dengan Kristus Yang Hidup Dalam Sabda-Nya, Dalam Sakramen-Sakramen Dan Dalam Diri Sesama. Tuhan, Yang Selama 40 Hari Berpuasa Di Padang Gurun Telah Mengalahkan Tipu Muslihat Si Pengoda, Menunjukkan Kepada Kita Jalan Yang Harus Kita Tempuh. Semoga Roh Kudus Menuntun Kita Kepada Jalan Yang Benar Menuju Pertobatan, Untuk Menemukan Kembali Anugerah Sabda Allah, Dibersihkan Dari Dosa Yang Membutakan Dan Melayani Kristus Yang Hadir Lewat Saudara-Saudari Yang Berkekurangan. (Paus Fransiskus, Pesan Prapaskah 2017)
Pertanyaan refleksi pribadi:
- Apakah saya mengandalkan Allah sebagai sumber kekuatan hidupku?
- Apa yang saya lakukan untuk mengalahkan godaan iblis?
Doa penutup
Bapa Mahakasih, kami menyadari sungguh rahmat penyertaan-MU di tengah tantangan dan kesulitan yang kami hadapi dalam hidup ini. Semoga selama masa tobat ini, kami tidak Kau tinggalkan sendirian, tetapi ya Tuhan, bimbinglah kami sellau, karena hanya bersama-Mu kami akan menang. Kami mohon ini demi Kristus, Pengantara kami. Amin.
Comments are closed