Pengharapan Kristiani

Sebagai paroki etnik, KKI Melbourne beroperasi di berbagai daerah untuk mencakup kondisi geografis domisili umat yang cukup besar di 'Greater Melbourne area'. Halaman ini digunakan untuk memberikan lokasi dan waktu perayaan Ekaristi berbahasa Indonesia.

Oleh Frater Gusty Siga, SVD

Pengharapan sebenarnya merupakan sebuah fenomena universal. Harapan selalu berkaitan dengan optimisme, kegembiraan, ekspektasi. Kita semua pasti punya pengharapan untuk banyak hal dalam hidup kita. Dan ketika kita punya harapan, kita pasti selalu menantikannya. Sebaliknya, Ketika tidak punya harapan, ada rasa takut di sana. Ada rasa cemas untuk hari depan, apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup?

Banyak orang pada zaman ini yang sudah kehilangan harapan atau bahkan sama sekali tidak punya harapan. Ada yang tidak punya lagi harapan akan kehidupan perkawinan atau rumah tangga mereka, tidak punya harapan untuk anak-anak, Kesehatan, keuangan, masa depan, pekerjaan. Mereka tidak punya harapan tentang hidup itu sendiri dan bahkan tidak punya harapan akan kehidupan setelah kematian. Mereka tidak dapat menerima keadaan yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Seringkali hal ini terjadi karena mereka mengalami hal buruk dalam hidup. Mereka mulai mengomel, memberontak dan menyalahkan Tuhan atas apa yang dialami.

Pengharapan bukanlah sesuatu yang diletakan di depan, bukan terjadi seketika namun melalui sebuah proses. Untuk dapat memiliki perngharapan yang tidak mengecewakan, seseorang sebelumnya telah melalui kesengsaraan, kemampuan bertahan dari berbagai pergumulan hidup menimbulkan ketekunan, ketekunan tersebut masih akan diuji sehingga berbuah pengharapan. Pengharapan sejati yang tidak mengecewakan adalah pengharapan yang tahan uji bahkan terhadap kesengsaraan. Sehingga apapun yang terjadi, pengharapan kita tidak pernah mengecewakan. Harapan membuat kita terus maju. Tidak ada individu yang dapat membayangkan hidup tanpa harapan. Harapan memacu tiap orang untuk menghadapi tantangan yang mustahil. Harapan adalah harapan bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Harapan adalah karunia istimewa dari Allah yang diberikan kepada kita oleh kasih karunia-Nya untuk memerangi monoton hari ke hari dan keadaan yang sulit. Harapan mendorong kita untuk terus berlari sampai kita mencapai garis finish.

Ketika berbicara soal pengharapan Kristiani, saya teringat Ibu saya. Ia adalah sosok yang mengajarkan saya untuk selalu mempunyai harapan pada Tuhan dan tidak pernah berputus asa. Darinya saya belajar untuk mengharagai hidup dan mensyukuri setiap berkat yang saya terima setiap hari. Pada tahun 1999, kami sekeluarga; bapak, ibu, saya (waktu itu berumur 3 tahun) dan adik saya harus meninggalkan kota Dili, Timor Timur dan mengungsi ke Kupang, NTT akibat adanya jajak pendapat dan kerusuhan di sana. Sejak saat itu kami memulai hidup baru di tempat yang baru, semuanya dari nol. Saya ingat bagaimana perjuangan kedua orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sekeluarga, bagaimana mereka bekerja keras demi kehidupan kami anak-anak. Satu hal yang masih terekan jelas di memori saya adalah pesan ibu. Dia selalu berkisah bahwa walaupun dalam keadaan sesulit dan semepet apapun dia tetap berdoa dan memohon bantuan Tuhan dengan penuh harapan. Ajaibnya, selalu saja ada berkat dari orang-orang di sekitarnya. Selalu ada saja rezeki yang Tuhan titipkan lewat berbagai macam rupa. Ketika kita berdoa , berharap dan meminta dengan iman yang sungguh-sungguh pada Tuhan, ia pasti akan bertindak, sebab Ia selalu hadir dalam segala suka-duka kehidupan kita.

Dasar Biblis

Banyak orang memahami harapan sebagai impian belaka, sama seperti ucapan “Saya berharap sesuatu terjadi.” Akan tetapi ini bukan yang dimaksud Alkitab mengenai harapan. Definisi harapan yang Alkitabiah adalah “pengharapan yang pasti.” Harapan adalah sebuah bagian dari kehidupan orang benar yang teramat penting (Amsal 23:18). Tanpa harapan, kehidupan kehilangan maknanya (Ratapan 3:18; Ayub 7:6) dan di dalam kematian pun tidak ada harapan (Yesaya 38:18; Ayub 17:15). Orang benar menaruh kepercayaan dan harapannya pada Allah sehingga ia akan dibantu (Mazmur 28:7), dan mereka tidak akan bingung, malu, atau kecewa (Yesaya 49:23).

Ide harapan dalam Perjanjian Baru adalah kesadaran bahwa Kristus telah menggenapi janji Perjanjian Lama. Harapan Kristiani berakar dalam iman dalam kesalamatan illahi pada Kristus. Harapan kaum Kristen diadakan oleh keberadaan Roh Kudus yang dijanjikan. Ialah harapan masa depan dimana orang mati dibangkitkan, janji yang diberikan kepada Israel penebusan tubuh jasmani dan semua ciptaan, kemuliaan yang kekal, kehidupan kekal kedatangan kembali Kristus, perubahan/transformasi menyerupai Kristus serta keselamatan dari Allah atau Kristus Sendiri.

Kepastian akan masa depan yang penuh berkat ini dijamin oleh Roh Kudus yang mendiami kita (Roma 8:23-25), Kristus di dalam kita (Kolose 1:27), dan kebangkitan Kristus (Kisah 2:26). Harapan dihasilkan daya tahan melewati penderitaan (Roma 5:2-5) dan merupakan inspirasi supaya kita bertahan (1 Tesalonika 1:3; Ibrani 6:11). Mereka yang berharap pada Kristus akan melihatNya ditinggikan di dalam kehidupan maupun di dalam kematian (Filipi 1:20). Janji Allah yang dapat dipegang memberi kita harapan (Ibrani 6:18-19), dan kita dapat yakin pada harapan tersebut (Ibrani 3:6) dan menunjukkan keberanian dalam iman kita (2 Korintus 3:12). Sebagai kontras, mereka yang tidak percaya pada Allah dikatakan tidak mempunyai harapan (Efesus 2:12; 1 Tesalonika 4:13).

Harapan Kristiani: percaya pada Kasih Allah

Santo Paulus merangkum kehidupan Kristiani sebagai berikut:saya disalibkan dengan Kristus; meskipun demikian saya hidup, tetapi saya tidak lagi hidup, tetapi Kristus hidup di dalam saya. Dan kehidupan yang saya jalani sekarang dalam daging, saya hidup dengan iman kepada Anak Allah, yang mengasihi saya dan menyerahkan diri-Nya untuk saya. (Galatia 2:19-20). Bagi Santo Paulus, Kekristenan terutama berarti bahwa Kristus mati bagi kita, bangkit kembali dan mengirimkan Roh Kudus-Nya dari surga ke dalam hati kita, mengubah kita dan membuka mata kita pada kehidupan baru. “Setiap orang yang tersentuh oleh cinta mulai melihat apa sebenarnya “kehidupan” itu. Dia mulai mengerti arti kata harapan. Yesus memberi kita perspektif baru tentang dunia ini: bagaimana kita dapat melihat diri kita sendiri, orang lain dan Tuhan, dan hanya dengan perspektif baru yang telah Tuhan berikan kepada kita ini kita akan memahami perjuangan kita untuk menjadi lebih baik dan menjadi seperti Dia.

Dengan wafat di kayu Salib “untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita,” Kristus membebaskan kita dari hubungan kita dengan Tuhan yang hanya berdasarkan atas hukum-hukum dan larangan negatif, dan akan membawa kita pada kehidupan Kasih. Kamu telah mengenakan manusia baru, yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (Kol 3: 9-10). Ini berarti mengenal Cinta Tuhan dan membiarkan diri disentuh oleh-Nya, untuk memulai lagi di jalan menuju kekudusan. Kuncinya adalah menemukan Allah dan membiarkan diri kita diubah oleh-Nya.

Pengharapan akan Kerajaan Allah tidak menghilangkan segala pertanyaan dan kesulitan. Orang Kristen harus tetap berjuang dalam dunia ini. Pernyataan ini mau menggarisbawahi bahwa objek harapan kristiani tidak pernah merupakan masa depan di dunia ini, tetapi di dunia yang lain. Karena orang Kristen akan terus mengalami perlawanan dari luar dirinya terhadap pengharapannya. Yesus sendiri sudah menunjuk dengan jelas apa yang akan dialami oleh mereka yang percaya dalam nama-Nya: “Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu” (Yoh. 16:20).

Karena itu, untuk menghadapi masa depan, orang beriman memerlukan keberanian serta ketabahan hati (bdk. Mat. 10). Dan yang paling penting adalah iman akan kebaikan Tuhan. Maka, “kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita” (Rm. 5:1-3). Kesetiaan Tuhan merupakan dasar pengharapan kita. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1Tes. 5:24).[32]

Keterarahan kepada Kerajaan Allah mendasari pengharapan dan kemantapan kita. Pengharapan itu tidak mengalienasi orang beriman dari dunia, tetapi justru meninggalkan tanggung jawab dalam diri setiap orang beriman terhadap sesamanya dalam peziarahan hidupnya di dunia. Dalam kesatuannya dengan Gereja, orang beriman menjalankan apa yang dikehendaki oleh Allah, yaitu “mengenal dan mencintai dengan benar, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan Kristus Saudara kita di dalam semua orang. Dengan demikian kita memberikan kesaksian tentang Kebenaran dan menyampaikan kepada orang lain misteri cintakasih Bapa surgawi. Dengan jalan ini manusia diajak untuk menikmati harapan yang hidup sehingga akhirnya pada satu saat mereka diterima di dalam perdamaian dan kebahagiaan yang terbesar, di tanah air, yang bercahaya karena kemuliaan Allah”. Paus Fransiskus meminta umat Kristiani untuk memberikan harapan dan menjadi inspirasi bagi orang lain terutama di ‘masa-masa kegelapan.’ Untuk itu marilah kita selalu punya harapan dalam hidup kita dan dengan itu kita juga membantu saudara-saudari kita untuk juga hidup dalam pengharapan yang penuh kepada Kristus, sumber keselamatan kita.

Tags:

Comments are closed

Latest Comments