Menyeberangi Sungai Tiber: Perjalanan Iman Ulf dan Birgitta Ekman Menjadi Katolik

Oleh Rufin Kedang

Seperti kita ketahui, Tiber adalah sungai yang mengalir melintasi kota Roma. “Menyeberangi sungai Tiber” adalah istilah atau lebih tepat metafor untuk melukiskan perpindahan pemeluk denominasi Kristen yang lain ke Gereja Katolik. Selain “crossing the Tiber” dikenal juga istilah “crossing the Thames” untuk perpindahan masuk Gereja Anglikan dan “crossing the Bosphorus” untuk perpindahan masuk Gereja Ortodoks.

Pada hari Selasa tanggal 17 Januari 2017 kami berempat, Bp Frans Lasut, Istas Hidayat, Ben Sugija dan saya menghadiri Public Lecture di Cardinal Knox Centre, East Melbourne di samping St Patrick’s Cathedral. Di sana kami bertemu dengan kawan lama Pat Slattery dan mantan Ketua KKI Gunawan Go yang sekarang menjadi salah seorang pengurus CCR Dioses Agung Melbourne. Public Lecture ini diadakan oleh CCR (Catholic Charismatic Renewal) Archdiocese of Melbourne dalam rangka merayakan 50 tahun gerakan Renewal sedunia dengan tema Hope is Rising. CCR menurut sejarahnya berawal dari retret college students di Duquesne University, Pittsburg di bulan Januari 1967 dan sejak itu gerakan ini menyebar ke seluruh dunia. Puncak Golden Jubilee CCR sedunia diadakan di Rome dalam perayaan Misa Pentakosta 2017 bersama Bapa Suci Paus Fransiskus di St Peter’s square.

Pembicara di Cardinal Knox Centre malam itu adalah Ulf Ekman, didampingi oleh istrinya Birgitta. Ulf Ekman adalah mantan pastor dan pendiri Evangelical Megachurch Word of Life di Uppsala, Swedia. Dia menamatkan pendidikannya dalam bidang etnografi, sejarah dan teologi di Universitas Uppsala dan pada tahun 1979 ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Lutheran Swedia dan selama beberapa tahun menjadi chaplain di universitas tersebut. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya selama setahun di Rhema Bible Training Centre di Tusla, Oklahoma, USA dan ketika kembali dia mendirikan Word of Life. Lewat Gerejanya dia mengirimkan banyak misionaris ke berbagai negara untuk menyebarkan Injil. Dia diakui sebagai “the most influential Sweden’s pastor.” Dengan latar belakang seperti ini, masuknya Ulf dan Birgitta Ekman menjadi Katolik tentu saja menjadi berita besar, seperti yang dikatakannya sendiri, “It caused uproar in Sweden when I left my Protestant ministry and became a Catholic.”

Menurut Ulf dan Birgitta keyakinan mereka untuk masuk Katolik tidak terjadi tiba-tiba atau dalam waktu yang singkat, melainkan melewati proses refleksi yang panjang selama banyak tahun. Juga perpindahan mereka masuk Katolik adalah suatu langkah yang tidak mudah karena sebagai pastor dia tentu dianggap meninggalkan jemaatnya. Apakah dia mengkhianati mereka dan panggilan hidupnya? Apakah yang diajarkannya kepada mereka selama ini salah? Mengapa dia yang begitu kokoh selama ini, bahkan dulu mengeritik Gereja Katolik dan menentang kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Uppsala di tahun 1989, akhirnya begitu saja “menyerah” dan masuk Katolik?  Tetapi menurut suami istri ini, tidak ada jalan lain bagi mereka selain menjadi Katolik. Dan ini terjadi sesudah proses panjang renungan, doa, bacaan dan interaksi dengan orang-orang Katolik.

Selama 15 tahun Ulf Ekman menyuarakan tentang pentingnya persatuan terutama dengan Gereja-gereja historis, khususnya Gereja Katolik. Di akhir tahun 70-an ketika duduk bersama kawannya di sebuah restoran Ulf Ekman tiba-tiba menangis karena secara rohani dia merasakan  kesedihan Yesus mengenai GerejaNya yang terpecah belah. “It was like a flash, that this doesn’t please God and that Jesus mourns over this fact.” Dasar Kitab Suci yang menjadi pegangannya mengenai tema kesatuan ini adalah Injil Yohanes 11:52, bahwa Yesus wafat bukan hanya untuk satu bangsa (Yahudi) saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.

Dalam ceramah malam itu Ulf Ekman mengatakan bahwa dengan latar belakang karismatik, dia dan istrinya ingin melihat tanda-tanda yang membantu meneguhkan mereka dalam perjalanan iman mereka menjadi Katolik. Salah satu yang disebutnya adalah saat mereka berdua tinggal selama tiga tahun di Israel di mana Ulf memulai sebuah study centre. Di Israel mereka bertemu dengan banyak sekali orang Katolik dari berbagai tipe, dari yang paling konservatif sampai yang karismatik, dan hal itu sangat mengesankan mereka. Tempat tinggal mereka di Israel adalah situs biblis di mana Maria mengunjungi Elizabeth (Lukas 1:39-40). Di tempat ini Ulf dan Birgitta merenung tentang apa yang sebelumnya tidak menjadi fokus refleksi mereka, yaitu  peranan Maria dalam sejarah penyelamatan, bahwa dengan mengatakan “ya” (“fiat”), Yesus Putra Allah menjadi manusia dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Dalam Gereja Katolik, Maria yang diakui sebagai Bunda Allah mendapat tempat yang istimewa. Pada kesempatan lain, Ulf dan Birgitta mengunjungi Basilika Santo Petrus dan makam Rasul Petrus yang terletak persis di bawah altar agung basilika. Kenyataan ini mengingatkan mereka pada perkataan Yesus kepada rasul Petrus: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Dan ketika keluar dari basilika dan berdiri menghadap ke St Peter’s square mereka melihat sekawanan burung yang terbang melintas dan perlahan-lahan kawanan burung itu membuat suatu bentuk seperti a question mark (?) yang bagi mereka seakan-akan ini adalah pertanyaan dari Tuhan: sampai kapan kamu menunggu to join the Catholic Church?

Dalam salah satu wawancaranya Ulf Ekman menyebut beberapa hal yang membawa mereka makin dekat ke Gereja Katolik (Catholic Herald, 24 April 2014). Perkenalannya dengan uskup Anders  Arborelius memberikan kesan yang mendalam. Uskup Anders seorang anggota Karmelit yang ditahbiskan uskup pada tahun 1998 adalah uskup Swedia pertama sejak masa Reformasi. Mengenai uskup ini Ulf berkata “His example and his deep spiritual life really spoke very strongly to me.” Selain itu pengalaman mereka di Israel, kontak mereka dengan Komunitas Karismatik Katolik, gerakan monastik dan banyak kalangan Katolik ikut mempengaruhi perjalanan iman mereka.

Pada tanggal 21 Mei 2014 Ulf Ekman dan istrinya Birgitta diterima menjadi anggota Gereja Katolik setelah melewati masa persiapan seperti biasanya. Benjamin, anak bungsu dari keempat anak mereka, telah lebih dulu masuk Katolik meskipun Ulf dan Birgitta sebelumnya berpikir bahwa Benjamin akan memilih masuk Gereja Ortodoks.Mengenai perjalanan iman mereka ini Ulf Ekman ingin menekankan peristiwa masuknya mereka menjadi anggota Gereja Katolik, bukan keluarnya mereka dari Megachurch yang didirikannya. Banyak hal positif yang telah dicapainya dari Megachurch tetapi mereka sungguh-sungguh merasa perlu untuk melangkah masuk Gereja Katolik, seperti yang dikatakaannya dalam salah satu tulisannya. “So we do not reject our background and the rich ministerial experiences we have had over the many years as founders and leaders of Word of Life. We are forever thankful to the Lord, for all He has done. But we are immensely happy and grateful that we now understand that we really need the Catholic Church in our continued life and service to the Lord” (dari Catholic Herald 13 August 2014: “How I Moved from my Megachurch to Catholicism”). Begitulah perjalanan iman Ulf dan Brigitta Ekman “menyeberngi sungai Tiber”.

Tags:

Comments are closed

Latest Comments