ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS

Sebagai paroki etnik, KKI Melbourne beroperasi di berbagai daerah untuk mencakup kondisi geografis domisili umat yang cukup besar di 'Greater Melbourne area'. Halaman ini digunakan untuk memberikan lokasi dan waktu perayaan Ekaristi berbahasa Indonesia.

Oleh Fr. Blasius Trinold Asa, SVD

Tak jarang kita mengalami kesulitan untuk memahami tentang Allah Tritunggal. Berbeda dengan konsep Allah Bapa yang berbelas kasih (kisah anak yang Hilang), Yesus sebagai Gembala Baik, dana masih banyak kisah lain dalam Kitab Suci tentang Allah, pembicaraan tentang Allah yang Trinitaris ( satu Allah-tiga Pribadi) tidak akan pernah tuntas dibahas. Mengapa? Ya, karena padanya mengungkapkan misteri Allah yang luar biasa dan memang tidak akan diselesaikan dengan pikiran manusia. Walaupun sebagai sesuatu yang misteri, bukan berarti kita tidak perlu tahu untuk memahami dan mempercayainya. Bisa saja kita sudah percaya, namun belum mengerti.  Saya teringat pada perkataan St. Anselmus: “credo ut intelligam” artinya aku percaya supaya aku mengerti.  Banyak kali kita menuntut untuk untuk mengerti lebih dahulu baru percaya. Ternyata Tuhan menghendaki kita mengimani dan percaya supaya dapat ‘sedikit’ mengerti rahasia Allah.

Dalam kapasitas akal budi yang terbatas untuk memahami misteri Allah ini, kita diperbantukan dengan Kitab Suci dan Magisterium Gereja yang begitu kaya. Misalnya, dalam teks PB Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Dalam kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, Yesus menjanjikan kepada para murid-Nya Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20).

Dari sisi Ajaran Gereja, misalnya, St. Irenaeus (115-202) untuk melawan ajaran sesat, mengajarkan begini: “Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148). Dan masih terdapat banyak ajaran Gereja Katolik dari masa ke masanya tentang misteri Allah Tritunggal Mahakudus. Diharapkan agar kita bisa belajar untuk mengerti dan semakin beriman kepada Allah Tritunggal yang terangkum secara baik dalam syahadat AKU PERCAYA.

Apa yang ingin kita maknai dalam perayaan Allah Trintunggal Mahakudus ini?

Misteri Allah Tritunggal menunjukkan kepada kita tentang iman akan Allah yang Trinitaris dalam dua hal yang saling berkaitan untuk direnungkan hari ini:  Relasi dan Komunikasi. Relasi yang Trinitaris berdasarkan KASIH Allah Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Allah Bapa- Pencipta, mengutus Putera- Penebus; Bapa-Putera mengutus Roh Penolong/pengibur. Di sana ada relasi yang setara dalam kesatuan: KASIH. Kita, manusia yang diciptakan serupa dengan gambar Allah hendaknya menjadi makhluk yang sanggup berkomunikasi dalam KASIH. Berarti ada dialog yang harmonis; dengan Allah, dan dengan sesama. Berkomunikasi sebagai dialog yang harmonis dengan Allah berarti kita menjalin relasi dengan Allah sampai ke dalam persatuan mesra, lewat doa, ekaristi, adorasi dan olah rohani lainnya, sehingga semakin merasakan Allah yang adalah KASIH itu. Hanya dalam komunikasi itu manusia akan bisa menemukan dirinya yang sejati dan merasa bahagia. St. Agustinus pernah berkata bahwa hati manusia tidak akan tenteram sebelum ia bersatu dengan Allah. Hanya dalam persatuan dengan Allah manusia menemukan dirinya dan merasa bahagia.

Aspek berikut ialah bahwa komunikasi kasih dengan Allah hendaknya diwujudnyatakan dalam komunikasi dengan sesama, juga berlandaskan kasih yang trinitaris-bersumber dari Allah Tritunggal. Sebagai mahluk social kita hanya dapat bertumbuh dan berkembang dalam komunikasi dengan orang lain. Komunikasi yang baik akan membantu kita menjadi manusia yang berkualitas secara sosial maupun spiritual. Namun, apa yang bisa menjadi kendala kita tidak mencapai hal itu? Cobalah kita renungkan kata-kata Stephan R. Covey ini: the biggest communication problem is we do not listen to understand. We listen to reply. Pernyataan Covey ini amat mengena kita sekalian baik itu di keluarga masing-masing, maupun di KKI, di wilayah dan kategori.  Dalam komunikasi yang demikian, kita hanya punya telinga untuk mendengar dan kemudian membalas. Ingatlah dua telinga dikasih kiri dan kanan, bila digabungkan akan membentuk ‘hati’: cinta, kasih. Komunikasi yang berbicara dari hati ke hati adalah komunikasi yang mencerminkan nilai-nilai Trinitas, tetapi komunikasi yang mengutamakan ego, mencela, memperuncing suasana dan akhirnya merusak tatanan bersama adalah bukan komunikasi yang bernafaskan nilai-nilai Kristiani. Inilah tantangan yang harus kita hadapi dan perjuangkan di tengah keluarga masing-masing, maupun di tengah komunitas KKI.

Perayaan Tritunggal Mahakudus hari ini bertepat juga dengan penutupan bulan Maria dan pemilihan ketua KKI-Melbourne periode mendatang. Kita ingin percayakan seluruh niat hati, kehendak dan tanggung jawab bersama ini dalah rangkulan Kasih Allah Tritunggal Mahakudus yang menyalurkan ‘inspirasi’ spiritual dalam berkomunikasi dan berkomunitas yang sehat. Saya yakin Bunda Maria telah menjadi “Murid Pertama” yang menerima, mengimani dan menghayati hidupnya dalam seluruh rencana agung Allah Tritunggal Mahakudus. Semoga Bunda Maria menjadi suri teladan bagi kita sebab Bunda Maria telah terlebih dahulu memancarkan api cinta kasih Allah Tritunggal: rendah hati menerima pesan Allah Bapa untuk melahirkan Yesus Kristus, Putra Penebus dan percaya kepada penyelenggaran Allah Roh Kudus untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan kebutaan manusia tak beriman. Amin.

Tags:

Comments are closed

Latest Comments