Oleh Stecia Oliviana
Dalam bacaan Injil hari Minggu kemarin, Tuhan Yesus mengajarkan kita mengenai hal Kerajaan Allah. Yang namanya Kerajaan pastinya bukan sesuatu yang kecil. Aku teringat dengan film dan novel mengenai kerajaan yang pernah aku nonton dan baca. Bisa dibilang, suatu kerajaan itu sangatlaaaah besar. Di kerajaan-kerajaan Inggris, rumah itu ada sayap barat, timur, utara, selatan. Di kerajaan-kerajaan China dan Korea, setiap putra dan putri kerajaan punya kediamannya masing-masing. Belum lagi kerajaan juga biasa digambarkan dengan sangat mewah dan sempurna. Punya chef sendiri, banyak pengawal, barang-barangnya indah, dan lain sebagainya. Jika kerajaan-kerajaan dunia saja begitu indah, apalagi Kerajaan Allah.
Tentunya konsep Kerajaan Allah yang dimaksudkan Tuhan Yesus sebenarnya bukan konsep dan keindahan fisik, melainkan keindahan batiniah yang bisa kita dapatkan dan rasakan sebagai putra-putri Kerajaan Allah. Hal itu jaaaaauh melebihi konsep fisik yang bisa kita saksikan dengan mata rohani kita.
Tapi, seperti biasa, Tuhan Yesus suka menjelaskan sesuatu dengan hal yang sangat kontradiktif, menggunakan sesuatu yang bisa kita lihat dengan mata fisik kita untuk membantu kita mengerti. Tuhan Yesus menggambarkan Kerajaan Allah dengan biji sesawi. Biji sesawi adalah biji yang sangat kecil dalam pepatah Yudaisme. Pada abad pertama, jika seseorang ingin menggambarkan sesuatu yang sangaaaaat kecil, mereka akan mengibarakannya dengan biji sesawi.
Jadi apa yang coba Tuhan Yesus ajarkan kepada kita?
- Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa pohon yang bertumbuh dari biji sesawi (sesuatu yang sangat kecil) akan menjadi pohon yang sangat besar dan bisa menjadi rumah bagi banyak mahkhuk hidup lainnya (pastinya bukan cuma burung).
- Untuk bisa menjadi yang besar, hendaklah kita terlebih dahulu bersedia menjadi kecil, lemah dan kadang tak kelihatan. Tau-tau, seperti kata Injil, bagaimana terjadinya, orang-orang pun ga tau. Menjadi kecil = rendah hati, tidak sombong, bersandar bukan pada kekuatan sendiri tapi pada kekuatan Allah (kita yang kecil, tanpa Allah, akan sangat mudah remuk dan hancur).
- Untuk bisa jadi sesuatu yang besar, kita harus mati dulu = ibarat benih yang mati dulu di tanah sebelum akhirnya pecah dan berbuah. Proses pecah pun tidak lah mudah dan tentunya sakit. Itu berarti kita harus mau diproses oleh Tuhan.
Nah, mau kah kita juga berproses seperti biji sesawi?
Comments are closed