Oleh Ivan Ciputra
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Flp 4:13)
Di dalam segala kelemahanku, kuasa-Nya sungguh dahsyat menguatkanku, di dalam perjuanganku, terang-Nya yang sungguh menerangi jalan hidupku.
Awal 2023 lalu sungguh merupakan perjalanan hidup yang menantang bagi diriku (terutama 2 minggu awal Januari tahun lalu)
Semenjak menginjakkan kaki kembali di Indonesia pada Sabtu, 7 Januari 2023, kala itu ada banyak rintangan yang kuhadapi. Baru saja mendarat di bandara CGK, baru tahu klo koper besar milikku hilang (sudah dilakukan pelaporan dan cek oleh sistem, namun sampai hari ini belom terlacak sama sekali). Untung saja koper saat itu bawa 2 pcs (jadi masi ada 1 koper yg terselamatkan) dan masih ada 1 handcarry, sehingga saat menginap di bandara Jakarta masih punya persediaan baju ganti (karena sampe Jakarta sore jelang malam jadi ga nututin untuk terbang ke Surabaya, maka harus menginap di hotel bandara). Puji Tuhan juga 2 hari sebelumnya saat sebelum penerbangan balik dari Eropa, aku tergerak untuk memasukkan baju2 dan celana2 ganti secukupnya ke dalam handcarry untuk jaga2 + biar ga ribet bongkar2 koper hingga tiba di Surabaya.
Keesokan harinya saat hari Minggu pagi, tiba saatnya checkout dari airport hotel dan melanjutkan penerbangan dari Jakarta ke Surabaya, sebelum check in karena masih banyak waktu aku sempatkan diri untuk breakfast dengan teman2ku orang Jakarta (yang seharusnya ikut bergabung denganku ikut tur ke Eropa, namun karena visa ditolak jadinya batal ikutan diriku).
Setelah breakfast + obrol2 yang singkat tiba saat nya berpisah sambil saling bertukar cinderamata. Mereka pulang dan aku pun check in bagasi + ambil boarding pass. Di saat aku perjalanan menuju gate, teman2 memberitahu kalau pesawatku ternyata delay, dan aku pun segera mengecek ulang screen dan menanyakan kebenaran ke orang2 bandara terkait dan dapat info klo delay, sambil menunggu psawat yg ‘seharusnya’ delay, aku pun yang sendirian dalam trip pulang ke Jawa Timur ini coba jalan2 menyusuri bandara sambil mencari makan siang. Tanpa menaruh curiga dan mengikuti panduan TV + orang2 bandara terkait, aku pun yang masih jetlag duduk relaks sambil melihat2 video di HP. Nah saat akan boarding, sudah masuk ruang tunggu aku sangat terkejut diinfokan kalau pesawat sudah terbang, di sinilah aku mulai panik dan sama petugas maskapai terkait bisa diping-pong ke sana kemari untuk mengurus ketinggalan pesawat ini. Singkat cerita, aku terpaksa harus ngomel dan oknum maskapai pun tidak bisa memberikan solusi, hakku sebagai konsumen dilanggar, dan karena aku merasa diancam oleh maskapai, akhirnya aku pun memilih untuk mengalah + tidak ambil pusing berdebat kusir ma mereka dengan merelakan tiket hangus. Yang mengejutkan, ternyata 1 koper yang sudah aku check in kan terbang duluan menuju Surabaya.
Di saat itu aku sungguh panik dan dalam kesendirianku aku coba duduk di kursi tunggu luar airport sambil mohon ketenangan diri kepada Tuhan sekaligus memikirkan alternatif transportasi umum untuk balik ke Surabaya (karena masih agak trauma dengan bagasi hilang di Ethiopia + ditinggal pesawat oleh salah 1 maskapai swasta Indo, akhirnya agak takut naik pesawat di hari itu). Sekitar 1-2 jam lamanya diriku duduk di kursi bandara itu, masih belum ada solusi pasti (nyaris naik kereta api Jakarta-Surabaya sendirian, namun karena merasakan diri insecure dengan kejadian2 sebelumnya, aku urungkan niat menggunakan kereta api ini). Tiba2 teman2ku yang breakfast td pun wa aku dan menanyakan keadaan apa sudah sampai Sby, aku critakan detilnya dan pada kaget, yang bikin aku tersentuh dengan baiknya mereka jemput aku di airport, sungguh baik Tuhan, dengan keberadaan mereka aku berasa ditenangkan, dalam perjalanan di mobil sambil memikirkan solusi balik aku diajak makan siang. Dan puji Tuhan, akhirnya solusi mulai datang saat diskusi dengan teman2 di dalam mobil. Meski masih jetlag namun percaya dengan kemampuan diri sendiri, aku beranikan bertanya di grup WA tur yang aku ikuti mengenai informasi apakah ada info rental mobil antar propinsi, teman2 rombongan tur pun kaget aku masih di Jakarta dan bertanya kenapa (aku ceritakan kejadian ini), dan lagi2 Tuhan sungguh amat baik, ada satu rekan tur yang langsung telpon diriku menawarkan mobil kantor nya untuk dipinjamkan ke diriku. Aku yang masih agak kaget dan sungkan dengan tawaran itu, bertanya ke si rekan tur bahwa apakah tidak merepotkan beliau nanti klo mobil kubawa ke Jawa Timur, si rekan tur dengan santai bilang klo mobil kantornya ada beberapa dan memang sering dibuat wira-wiri Pulau Jawa dan Sumatera, aku pun menerima tawaran itu.
Perjalanan semobil dengan teman2 ku berhenti di Plaza Senayan dan aku pun menyempatkan diri segera makan karena uda mulai sore. Setelah dari sana, aku ditelpon oleh si rekan tur untuk menuju kantornya di Tangerang untuk mengambil mobilnya. Awalnya aku kira mau ngegrab saja ke Tangerang supaya tidak merepotkan temanku yang uda bantuin, namun mereka menawarkan tumpangan ke sana, aku bilang ‘jangan lho, aku sudah merepotkan kalian banyak’, temanku kemudian pada bilang: ‘tidak apa2, kan kamu yang ajakin kita ke Eropa Van dr awal yg semangat ajak2in, walau gagal trip bareng2, anggap saja ini bentuk balas budi ke kamu’ (aku pun berkaca2 terharu dengar kalimat ini) 🙏😇
Tiba di kantor si rekan tur yang baik hati, kami sempat obrol ringan, sebelum berpisah aku sekali lagi bertanya meyakinkan apakah tidak apa2 mobilnya aku pakai ke Jawa Timur, si rekan tur dengan senyum berkata: ‘tidak apa2 Van, aku liat kamu juga uda bantu saya banyak selama di Eropa, dan saya kasian liat kamu sendiri terlunta2 di sini, pake aja tidak apa2’ (jawaban yg lagi2 bikin mataku berkaca2 terharu akan pertolongan Tuhan yang tak terduga).
Tibalah saatnya aku meninggalkan kantor rekan tur, dengan bantuan Google Maps, aku mencari jalan menuju tol terdekat, sebelum masuk tol aku isi bahan bakar dengan full + sempatkan diri gunakan toilet sekaligus mengisi etoll (karena Tol Tangerang-Jakarta-Cikampek jarang ada rest area jadi segalanya harus dipersiapkan dengan cermat sebelum menempuh perjalanan panjang).
Memasuki tol Tangerang-Dalam Kota Jakarta-Trans Jawa, membuat diriku berasa sendirian, dalam kesendirianku setelah mengalami situasi ini sebagai manusia biasa aku merasakan kecemasan, dan dalam kecemasanku inilah aku teringat oleh suatu ayat:
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:38).
Sambil fokus nyetir dan menghilangkan kecemasanku, aku coba dalami ayat di atas dalam hatiku, daripada bertanya2 kenapa kejadian ini boleh terjadi padaku, aku coba berpasrah dalam hati dengan bilang: ‘Tuhan, ini semua memang boleh terjadi, namun aku percaya Engkau lah yang memampukan + menguatkan diriku untuk mengarungi semua ini’ 🙏😇.
Dan untuk menemani diriku fokus pada menyetir sendirian dalam perjalanan panjang Jakarta-Surabaya + untuk menguatkan diri, aku coba setel lagu2 rohani HSM Worship berulang2 selama berjam2 dalam mobil. Dalam perjalanan, karena sadar diri mengantuk, aku berhenti di KM 166 untuk tidur dalam mobil selama sejam, setelah bangun lanjutkan perjalanan ke Surabaya. Puji Tuhan walau agak jetlag, total perjalanan menyetir berkendara dari Tangerang-Surabaya hanya 8 jam (dengan istirahat dan isi2 bensin total jadi 9 jam 30 menit). Di Surabaya karena masih perlu ambil koper yang sampai duluan di Juanda + ambil mobil pribadi yang kutitipkan di rumah sepupu sewaktu sebelum berangkat Eropa, akhirnya aku putuskan untuk menginap di rumah sepupu lagi.
Saking lelahnya + ketambahan efek jetlag , di hari Senin itu aku istirahat total di rumah sepupu. Koper di bandara Juanda puji Tuhan bisa diambil dengan lancar saat Selasa pagi. Awalnya aku agak berasa nelangsa karena mikir semua oleh2 ada di bagasi besar yang masih hilang tanpa jejak hingga saat ini di Ethiopia, namun puji Tuhan setelah bongkar 1 koper kecil yang dari bandara Juanda, ada skitar 30% oleh2 yang terselamatkan di dalam koper ini (di sini aku mrasa bersyukur juga untung ada ide pulang Indonesia bawa 2 koper, padal berangkatnya cuma bawa 1 koper saja).
Saat pulang dari airport Juanda kembali ke rumah sepupu, aku menyempatkan diri untuk tiduran bentar sebelum balik ke Malang, tiba2 aku berpikir dan merasa bersyukur untungnya koper besar tidak hilangnya saat aku baru tiba di Eropa, kalau sampai hilang waktu baru tiba memulai liburan di sana, trip ku bisa kacau karena semua jaket + baju n celana musim dingin ada di sana semua 🙏😇.
Setelah beristirahat dan menyempatkan diri lunch yang cukup, skaligus menyempatkan diri belikan beberapa accesories utk melengkapi mobil si rekan tur (sebagai bentuk tanda terima kasih ku, aku pingin melengkapi mobilnya dengan aksesoris2 tambahan yang fungsional), aku pun berjalan balik ke Malang, berasa lega sampai di Malang, bisa berjumpa ma papa, cece, koko ipar lagi.
Keesokan harinya Rabu pagi, aku meninggalkan rumah untuk segera bawa mobil ke tempat cuci mobil, memulai aktivitas kerja di kantor.
Hari Rabu, 11 Januari dimulai dengan cukup normal, walau masih agak jetlag namun diriku masi bisa menjalani aktivitas dengan baik. Sore hari istirahat cukup, sebelum berpamitan dengan papa yang masih tiduran di sofa untuk pergi makan malam dengan cece dkk.
Di saat makan malam inilah, ujian yang paling menantang terjadi. Saat itu, aku iseng cek CCTV rumah dan mendapati asisten rumah tangga bergerak mendekati kamar mandi tamu, aku pun lgsg menelpon ART dan ART bilang klo papa nyaris pingsan dan sulit bergerak, aku pun dengan cece langsung bergegas pulang ke rumah, dan singkat cerita kondisi papa saat malam itu sungguh benar2 pucat dan lemas sehabis diare dan muntah2, menunggu ambulans datang agak lama, demi keselamatan papa aku bersama cece dan teman papa beranikan diri bawa papa ke IGD Nirmala menggunakan mobil pribadi. Saat di jalan raya dalam kondisi panik namun dituntut untuk bertindak cepat, karena yg aku pikirkan hanyalah keselamatan diri papa saja, di jalanan kota Malang yang kecil dan masi agak rame malam itu, mobil aku genjot hingga 100 kilometer per jam, lampu merah terpaksa dengan berat hati aku terabas, puji Tuhan dalam keadaan yang serba dilematis itu, papa bisa tiba on time di IGD Nirmala dan segera mendapatkan penanganan dokter yang berjaga saat itu.
Awalnya karena memang papa dulunya riwayat tidak ada alergi obat sama sekali, diberikanlah obat pereda mual dosis tinggi untuk meredakan gejala papa ini. Pada awalnya kondisi papa membaik selama 30 menit, namun setelah itu bagian anggota tubuh kiri papa mulai bergoyang2 tanpa sadar dan dimasukan kamar rawat inap, goyangan tubuh bagian kiri mulai mereda dan cece n koko ipar pun aku suru pulang biar mreka ga kecapekan, aku yang putuskan inap sendirian untuk jaga papa. Di saat kurang lebih subuh itulah tubuh papa mulai bergoyang hebat lagi dan alam bawah sadar papa berusaha menolak goyangan ini, singkat cerita aku selama berjam2 berusaha menahan goyangan tubuh papa ini spy badan tidak jatuh dan terbentur ke sana kemari, dibantu oleh para perawat yang jaga subuh itu aku disarankan utk istirahat namun aku menolak tidur karena khawatir akan kondisi papa, saat pagi cece dan koko iparku dtg lagi untuk bantu menenangkan papa yang masi 1/2 sadar, di saat itulah aku yang kelelahan dalam satu momen berusaha menahan kaki papa yang goyangnya tak terarah sangat kuat, tiba2 aku pingsan sesaat, stelah sadar aku istirahat di kursi dan 2 jam kmudian aku yg berusaha kuat secara fisik akhirnya muntah jg dan terpaksa disuntik vitamin + istirahat 5 jam di IGD.
Singkat cerita di hari itu Kamis, 12 Januari papa dimasukkan ICU selama kurang lebih 4 hari, ada banyak pergumulan yang kuhadapi selama masa2 ini, sempat merasa diriku bersalah juga tidak bisa berbuat apa2 untuk papa, namun lagi2 aku mencoba bersyukur, bersyukur karena selama di rumah sakit, dokter yang bantu menangani papa adalah dokter kantor, untuk dokter anestesi adalah kawan sehobi offroadku, dan juga yang tak disangka2 selama di ICU salah satu petugas adalah satu teman komunitasku, dan juga satu hal lagi bersyukur juga banyak teman2 dan saudara papa yg support datang ke RS silih berganti untuk bantu menyemangati kondisi papa supaya cepat pulih.
Selama papa di ICU, aku-ceceku-koko ipar-sopir-ART dengan setia silih berganti gantian jagain papa di luar ruangan. Pada awalnya aku merasa bahwa akua berusaha kuat secara mental, tiap pergumulan aku coba selalu bawa pada Tuhan, namun karena fisikku yang masih drop, sesekali sebagai manusia yang lemah aku khawatir, dan saat aku ingin menangis aku coba tahan sebisanya hingga akhirnya aku sadar kalau aku juga butuh dikuatkan secara rohani, akhirnya suatu malam di skitar hari ke 2 sehabis jaga papa di ICU, aku coba bawa diriku subuh2 ke kapel adorasi 24 jam di Widya Bakti , di sana singkat cerita aku coba serahkan segala pergumulanku ke Tuhan sambil sering memandangi Sakramen Mahakudus. Dalam masa2 ini, aku bersyukur dibantu kuatkan n disemangati oleh sahabat2 papa.
Dan tak disangka pula, suatu pagi saat aku bangun lebih awal waktu sambil pantau kondisi papa, saat buka hp muncullah notif live streaming IG HSM Worship yang sedang ada acara Good Morning Jesus , sebenarnya aku jarang ikutan acara ini di pagi hari, namun jujur karena butuh penguatan diri aku coba ikuti acara ini, sungguh tak disangka saat itu renungan yang dibawakan oleh Bapak pembimbing komunitas bisa memberikan penyegaran rohani untuk diriku 🙏😇
Karena fisikku masi drop, dokter umum yang menangani papa mengimbau aku untuk istirahat di rumah jangan ke RS dulu, sambil berharap cemas sendirian di rumah, hati yang berusaha kuat namun masih suka khawatir dan takut ini lagi2 coba putar lagu2 HSM Worship yang kebetulan memang aku suka dengan lirik2nya yang sungguh menguatkan (ada banyak lagu rohani lain yang bagus pastinya, namun karena tahun lalu aku suka setel album lagu2 HSM saat berkendara jauh, lirik mereka yang paling kuhafal dan karena hafal bisa sambil kunyanyikan).
Puji Tuhan hari2 yang dinantikan tiba, sekitar Minggu pagi (15 Januari), papaku sadar dan saat bertemu dia di dalam ruang ICU, aku peluk papa erat2 dan kita berdua menangis bersama, akhirnya Senin keesokan harinya karena kondisi papa uda sangat bagus (walau belom bisa bergerak maksimal), papa pindah lagi ke kamar biasa, semalam di sana aku dampingi inap bersama papa, hingga akhirnya Selasa pagi (17 Januari) papa boleh pulang kembali ke rumah.
Sungguh perasaan super lega saat papa bisa pulang ke rumah, walau papa saat ini masih lagi proses pemulihan, namun progres papa uda sangat bagus seperti bisa makan sendiri, bicara 95 % normal, jalan kaki walau pun masi perlu terapi tapi bisa agak terkontrol, hingga bisa potong2 buah apel dan bikin kopi sendiri 🙏😇
Lewat kejadian 2 minggu yang menantang ini, aku jadi belajar banyak untuk lebih bisa berserah kepada Tuhan dalam segala situasi, dan dengan rendah hati mengakui + mengalami sendiri bahwa di dalam segala kelemahanku ini kuasa Tuhan terlihat sungguh luar biasa dalam menguatkan dan memberkati diriku dan keluarga 🙏😇
Awalnya jujur aku agak ragu untuk menuliskan ini semua, namun semalam coba aku bawa dalam doa + perenungan, aku tergerak untuk menuliskan ini semua semata2 hanya karena ingin berbagi kebesaran dan kemuliaan Tuhan, terima kasih atas dukungan teman2 juga selalu, semoga tulisan ini bisa membawa berkat + inspirasi untuk kalian semua juga, Tuhan memberkati kalian semua.
In Jesus, we can do all things, selamat beraktivitas 🙏🙏😇
Comments are closed