Oleh JM Heru Hendradinata
“Be Yourself” (Jadilah dirimu sendiri)
Seringkali kita ingin berada di tempat lain daripada di mana kita berada saat ini, atau bahkan ingin menjadi orang lain daripada diri kita sendiri. Kita cenderung untuk selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan memikirkan mengapa kita tidak sekaya,.sepintar, sesederhana, sebaik hati atau juga sekudus mereka.Perbandingan seperti ini membuat kita merasa bersalah, malu atau justru jatuh dalam iri hati.
Adalah sangat penting untuk menyadari bahwa panggilan kita tersembunyi di mana kita berada dan dalam jati diri kita. Kita adalah manusia yang unik, setiap pribadi dipanggil untuk menemukan di dalam kehidupan, yang orang lain tidak dapat temukan, dan menemukannya di mana kita berada dan pada saat ini juga ( “here and now”). Kita tidak pernah akan dapat menemukan panggilan kita dengan mencoba untuk membandingkan apakah kita lebih baik atau lebih buruk dari orang lain. Diri kita sudah cukup memadai untuk melaksanakan apa yang telah menjadi panggilan hidup kita. Jadilah dirimu sendiri !
(Dari “Bread for the Journey” Henri JM Nouwen, 17 januari, hal 51)
Renungan:
“Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil” (Markus 3:14). Pada saat memilih para murid-Nya, Yesus tidak memperbandingkan kemampuan dan latar belakang satu dengan lainnya. Namun walau telah mengikuti Yesus, para murid tetap jatuh dalam memperbandingkan satu sama lain, apakah yang satu lebih tinggi atau lebih rendah di mata Gurunya. “Maka timbullah pertengkaran di antara para murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka” (Lukas 9:46). Jika kita menyadari bahwa kita dikasihi Allah, memiliki kekudusan karena kehadiran-Nya dalam diri kita , maka kita sesungguhnya dapat memiliki suatu kebebasan untuk menerima diri kita sebagaimana apa adanya, sebagai manusia yang bermartabat, sama halnya dengan orang-orang lain juga.
Refleksi pribadi
Apakah saya masih merasa rendah diri dan membayangkan seandainya saya bisa menjadi orang lain yang tampaknya mempunyai kelebihan dalam banyak hal daripada saya?
Yesus memanggil saya sebagai sahabat dan memanggil saya untuk menjadi sarana kasih-Nya bagi sesama. Bukankah ini suatu “privilege” bagi saya, yang seharusnya saya syukuri?
Comments are closed