Oleh Julianto Siaril
AKULAH, SIMON DARI KIRENE
Oleh: Julianto Siaril
April 17, 2023
“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu diatas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.”
( Lukas: 23:26 )
Hujan mengguyur kota Melbourne menjelang sore pada hari kamis putih . Di google map terlihat butuh 55 menit dengan mobil untuk sampai ke gereja Our Lady of Mount Carmel church middle park dari Doncaster east. Terlihat banyak warna merah dan kuning di map menandakan jalanan ramai dan tersendat. Dalam hati saya berguman, kenapa saya harus pergi jauh jauh ke middle park untuk mengikuti perayaan misa kamis putih? Kenapa saya mengatakan oke ketika diminta menjadi salah satu rasul yang di cuci kakinya oleh Yesus. Padahal gereja lokal hanya seperjalanan kaki jauhnya.
Simon dari Kirene menempuh perjalanan yang jauh dari Kirene ke Yerusalem dengan tujuan untuk menunaikan ibadah, ikut perayaan paskah yang penting buat orang yahudi. Mengunjungi kota suci Yerusalem untuk beribadah di bait Allah yang suci, sesuatu yang di idam idamkan oleh banyak umat Yahudi seperti Simon. Ini adalah perjalanan sekali seumur hidupnya yang sudah di idam idamkan. Tapi apa yang kemudian dialami Simon mengubah jalan hidupnya. Simon terpilih memanggul salib menggantikan Yesus. Mungkin bukan maunya, mungkin dipaksa. Apapun alasan terpilih nya, yang pasti pada saat dan kejadian itu, Simon tepat ada disitu, pada saat serdadu serdadu berpikir, Yesus tidak kuat lagi dan bisa bisa mati di tengah perjalanan sebelum mencapai Golgota. Simon memanggul Salib karena disuruh oleh prajurit prajurit Romawi.
Simon yang memanggul salib berjalan dibelakang Yesus, Simon merasakan beratnya beban dan penghinaan yang ditanggung Yesus, yang akhirnya mengubah sudut pandang dan keimanan nya.
Didalam perjalanan imannya dia menemukan sesuatu pengalaman yang lebih dahsyat, berupa berhadapan dan mengalami langsung perjumpaan dengan Allah, lebih dari hanya sekedar beribadah di bait Allah. Melangkah, memanggul salib dibelakang Yesus yang berjalan tertatih tatih. Berinteraksi langsung dengan salib kristus, merasakan dengan sendirinya beban salib dan penderitaan yang dialami.
Berinteraksi langsung tanpa halangan atau tanpa media, berdampak dahsyat bagi pertumbuhan iman. Kita menjadi lebih mudah berefleksi, lebih intens dalam menghayati makna.
Menjadi salah satu rasul didalam prosesi pembasuhan kaki, merasakan kaki yang kotor dibersihkan oleh Yesus yang berlutut didepan kita, seperti seorang pembantu, sungguh memampukan ku untuk berefleksi dan berkontemplasi lebih dalam, arti dari kerendahan hati dan pelayanan itu.
Melihat satu persatu kaki kami dibasuh, Yesus berdiri, pindah dan berlutut didepan para rasul bergilir sampai semuanya, kaki ke dua belas rasul dicuci,dibasuh dan dibersihkan.
Partisipasi dalam hal hal yang kecil, adalah ibarat memanggul salib salib kecil, dan dari salib salib kecil inilah iman kita makin ditumbuhkan.
Kesempatan untuk merasakan, mengambil bagian didalam peristiwa, sekecil apapun itu, adalah momentum yang harus disongsong dan harus direncanakan. Momentum hanya sekejap dan sirna bila tidak ditangkap. Kesediaan kita menyongsong momentum, seperti menunggu pengantin datang dalam perjamuan, jangan sampai kita tertidur.
Demikianlah perjalanan iman kita. Apakah kita mau mempersiapkan iman kita menyusuri jalan VIA DOLOROSA, jalan salib. Menempatkan diri di posisi yang tepat, bersikap dan berprilaku yang tepat, yang merangsang timbulnya kesempatan. Sehingga ketika kesempatan itu muncul, kitalah yang dipilih menjadi Simon dari Kirene, tampil memanggul Salib yang diberikan.
Bagainana memilih posisi yang tepat? Itu tidak terjadi secara kebetulan. Kita perlu mempersiapkannya. Membuka hati dengan kesediaan penuh, kesediaan untuk menerima panggilan dan menjawab, iya Tuhan. Hanya dengan begitu kita boleh mengatakan AKULAH, SIMON DARI KIRENE
Comments are closed