Oleh Petter Sandjaya
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” – Yohanes 15: 5
Mari kita samakan persepsi dulu, bahwasannya berbuah banyak adalah bukan menjadi sejahtera, kaya raya, apalagi berkelimpahan harta. Berbuah banyak juga dapat didefinisikan sebagai keberhasilan sikap kita yang tahan uji, sabar, penuh kasih, dan dapat mempengaruhi banyak orang untuk meniru hal positif kita lakukan.
Jadi, boleh dibilang walau kita miskin harta, dikelilingi lingkungan yang tidak suportif dan negatif, bahkan walaupun kondisi kita cacat fisik, kita bisa “berbuah banyak” asalkan kita berasal dari pohon yang benar.
Di dalam lirik lagu yang dinyanyikan oleh Eno Lerian jaman saya waktu kecil, berbunyi seperti ini: “Tanam salak tumbuh salak, Tanam duren tumbuh duren. Tanam padi tumbuh padi.” Jadi, kalau pohonnya anggur, otomatis buahnya adalah anggur yang mana buah 1 dengan lainnya anggur juga (sama). Penduplikasian terjadi pada saat proses “berbuah” itu berlangsung. Dalam artik lain, kalau kita baik, harusnya ada “duplikat-duplikat” kita di luar diri kita yang serupa atau sama seperti kita. Minimal dari anggota keluarga, terpancar kebaikan. Atau teman yang terinspirasi dengan perbuatan kita, walau mereka belum melakukan.
Sebuah lemon ketika diperas akan mengeluarkan air lemon. Semakin diperas ya tetap air lemon yang keluar. Bukan sari apel atau malah markisa. Kenapa? Karena buah itu keluar dari pokok pohonnya. Ini adalah logika biologis alam yang banyak orang sudah tahu tapi sulit menghubungkannya dengan kehidupan nyata manusia dengan masalahnya.
Maka dari itu, jika kita sudah tahu Dia adalah sumber yang baik, merapatlah, supaya bisa menjadi cabangNya yang baik pula. Karena sari-sari kebaikan akan mengalir ke dalam batang-batang tubuh kita hingga tiba waktunya, kita pasti akan mengeluarkan buah dari sari yang sudah mendarah-daging di tubuh kita ini.
Selama beberapa kali menemari para Kandidat Ketua KKI Melbourne periode 2024-2027 memperkenalkan diri di beberapa tempat, saya dapat melihat ketiga calon ini adalah orang-orang yang telah berbuah dan mau membagikan buah-buah kebaikannya kepada lebih banyak orang lagi untuk mengenal pokok pohon mereka yang sama.
Bagi yang terbiasa dengan dunia politik mungkin akan mengira mereka bertiga sedang bersaing untuk meraih kekuasaan menjadi pemimpin di KKI Melbourne. Namun kalau kita benar-benar mendengarkan apa yang mereka bertiga sampaikan perihal kesediaan mereka menjadi Ketua KKI Melbourne, kita akan menyadari bahwa hidup ini adalah benar-benar sebuah kesempatan. Kesempatan untuk berbagi, kesempatan untuk berbuah, kesempatan untuk merangkul sebanyak-banyaknya jiwa untuk mendekat pada pokok anggur yang baik, yang akan menjadikan kita dapat berbuat banyak.
Mengutip kotbah Chaplain KKI Melbourne ketika Misa Minggu Paskah Ke-4 di St. Francis, Melbourne CBD, Pastur Blasius Trinold Asa SVD mengatakan sebuah pesan dari Kapolri Hoegeng Imam Santoso yang pernah memegang jabatan Kapolri pada tahun 1971: “Baik menjadi orang penting. Tapi lebih penting menjadi orang baik.”
Inilah yang saya lihat dari ke-3 calon Kandidat Ketua KKI Melbourne saat ini. Dengan segala problematik tetek bengeknya KKI Melbourne, mereka masih mau mencalonkan diri untuk ngurusin organisasi ini mulai dari bayi baru brojol sampai urusan ke liang lahat. Di mata saya mereka-mereka ini nampak sedang memperjuangkan pentingnya menjadi orang baik, sekaligus menerapkan ayat yang saya tulis di awal, yaitu untuk “berbuah banyak”.
Comments are closed