Oleh Albertus Herwanta, O. Carm
Berdoa Sepenuh Iman
Rev. Albertus Herwanta, O. Carm
Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa XXX tahun B berbicara tentang orang buta yang Tuhan sembuhkan. “Sungguh, Aku akan membawa mereka dari tanah utara, dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh” (Yeremia 31:8). Injil mengisahkan tentang Yesus yang menyembuhkan Bartimeus, pengemis yang buta (Markus 10:46-52).
Penyembuhan Bartimeus itu mengandung pelajaran penting dan relevan bagi hidup kita. Pertama, Bartimeus yang buta dan mengemis menampilkan orang yang tersingkir dan tergantung pada orang lain. Secara rohani kita juga tersingkir karena dosa-dosa dan tergantung pada belas kasihan Tuhan. Tidak seorang pun mampu menyelamatkan dirinya sendiri dari dosanya.
Kedua, Bartimeus itu mengajarkan yang mesti orang lakukan untuk bebas dari kebutaan dan nasib malangnya. Begitu mendengar bahwa Yesus lewat, dia berseru, “Yesus, Putera Daud, kasihanilah aku!” (Markus 10:47.48). Dia memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya. Meski khalayak ramai menyuruhnya diam, dia tetap berteriak.
Bartimeus mengajar orang berdoa, memohon belas kasihan Tuhan dengan ketekunan dan niat kuat. Berdoa sering menghadapi hambatan. Misalnya, keraguan atau kebosanan manakala tidak kunjung dikabulkan. Ada pula yang mengganggu doa kita; bahkan membubarkan ibadah kita. Teruslah berdoa dengan tak henti-hentinya (Lukas 18:1-8) dan berdoalah sepenuh iman!
Ketiga, Bartimeus mengajar orang berdoa dari dalam hati dan sesuai kebutuhan yang tepat. Dia menyadari dirinya buta dan memohon, “Rabuni, aku ingin melihat” (Markus 10:51). Doa sejati lahir dari kerinduan hati yang kuat akan Tuhan.
Tuhan menjawab doanya dengan bersabda, “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Markus 10:52). Tuhan menjawab doa yang lahir dari iman yang kuat. Bartimeus itu sembuh karena imannya.
Akhirnya, Bartimeus mengajar orang untuk menggunakan rahmat penyembuhan secara tepat. Setelah dapat melihat, dia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya (Markus 10:52). Sebenarnya, dia bebas pergi dan tidak bergantung pada orang lain. Namun dia memutuskan untuk mengikuti Yesus.
Bartimeus sembuh dari kebutaannya. Dia tidak hanya dapat melihat dengan mata kepalanya, melainkan dengan mata imannya. Bagaimana selama ini kita menyadari kelemahan dan dosa-dosa kita? Apakah itu mendorong kita untuk berdoa memohon belas kasihan kepada Tuhan supaya Dia membebaskan kita? Setelah dibebaskan dari dosa apakah secara sungguh-sungguh kita mengikuti Yesus?
Comments are closed