Oleh Rev. Albertus Herwanta, O. Carm
Hari ini kita membaca Injil yang menjadi dasar untuk menetapkan salah satu peristiwa gembira doa rosario. Peristiwa Maria mengunjungi Elisabet mengandung makna dan pesan spiritual yang amat mendalam bagi kaum beriman. Orang bisa merenungkan makna itu sambil mendaraskan doa rosario.
Salah satu pesan pentingnya adalah rasa syukur atas rahmat Tuhan. Ketika menyambut Maria yang datang mengunjunginya, Elisabet berkata, “Diberkatilah engkau di antara semua wanita dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Lukas 1:42-43).
Di satu sisi, Elisabet merasa tidak layak mendapat kunjungan itu. Di sisi lain, dia bersyukur dan memuji Tuhan atas kehormatan itu. Dia juga merasakan rahmat yang amat istimewa dan bersyukur atasnya dalam sikap rendah hati dan rasa kagum.
Kunjungan itu amat istimewa, karena dia mendapat kunjungan dari dua orang pilihan Tuhan, yakni Maria dan Yesus. Baginya Tuhan, penebusan atas umat manusia itu hadir secara nyata. Tuhan yang telah menghapus aib dirinya dari kemandulan, menganugerahi pula berkat yang lain.
Dalam hidup ini, Tuhan menganugerahkan berkat-Nya kepada kita. Tuhan memberikannya bukan karena kita memintanya, melainkan karena kita membutuhkannya. Semua pemberian itu pun memiliki makna dan tujuan tertentu.
Bagaimanakah selama ini kita menerima rahmat itu? Apakah kita melihat maksud di balik pemberian itu? Apakah dengan rasa syukur dan kerendahan hati kita menyambutnya? Apakah kita juga melihat hal-hal mengagumkan dalam pemberian itu?
Orang dapat merenungkan jawabannya saat mendoakan rosario. Doa yang sederhana ini merupakan alat penting dalam merenungkan karya agung Tuhan. Di sana, orang bisa melihat betapa Tuhan tidak henti-hentinya menganugerahkan rahmat kepada kita.
Marilah bersyukur atas rahmat Tuhan dan menjadikannya kesempatan untuk mengagumi kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. “Rasa syukur itu membuat masa lalu kita dapat dipahami, membawa sukacita pada hari ini, dan menciptakan visi masa depan,” kata Melody Beattie.
Comments are closed