Oleh Petter Sandjaya
Dalam 2 minggu terakhir ini, setiap Selasa malam saya mengikuti program yang dijalankan oleh KKI Melbourne yakni pendalam kitab suci melalui zoom. Dalam tulisan kali ini, saya coba membagikan apa yang saya dapat di pertemuan tersebut. Berikut ini 2 hal yang cukup menginspirasi dan berkaitan dengan hidup saya:
- Menjadi besar dan lupa daratan
Pindah dan tinggal di Melbourne secara permanen bagi saya sama halnya dengan peningkatan kualitas hidup. Mulai dari quality time, work-life balance, sampai dengan penemuan jati diri dan passion. Keempat hal itu nampak baik dan sah-sah saja untuk diperjuangkan, namun saya menyadari ini seperti pedang bermata 2: bisa menguatkan iman karena rasa syukur untuk kehidupan yang jauh lebih baik. Namun bisa juga menjadi kebablasan, kalap, bahkan meninggalkan Tuhan dikarenakan terlalu asik dengan zona nyaman yang berfokus pada diri sendiri dan pencapaian hidup. Belajar dari bangsa Asyur yang sangat besar dan kuat, dimana tidak ada kerajaan manapun yang mampu mengalahkan mereka dan menindas bangsa Israel yang lemah, yang merupakan bangsa yang dibuang karena kekalahan perang. Ketika sedang asik berada di puncak kejayaan, bangsa Asyur justru dijatuhkan oleh kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya, yakni bangsa Babilon, bangsa Medes, dan bangsa Skithia, yang bergabung dan bekerja-sama menggempur mengalahkan Asyur. Saya jadi belajar, dalam keadaan nyaman saat ini saya sering menjadi kurang rasa empati, muncul rasa sombong dalam diri ini, merasa sudah memiliki kehidupan yang lebih baik dari teman-teman dan saudara di Indonesia yang sedang kesusaan mencari kerja, bahkan untuk bertahan hidup. Belajar dari kesombongan bangsa Asyur, saya kuatir akan dijatuhkan oleh sesuatu yang justru saya anggap sepele yang tak pernah terpikirkan oleh saya. Apa itu? Entahlah. Untungnya saya diingatkan lebih awal melalui pertemuan bulan kitab suci ini, dan saya pun mau teman-teman menyadari hal yang sama seperti saya. Yuk, merendah, karena mungkin kita memang masih di bawah yang sombong dan merasa diri sudah di atas. Lagipula, kalaupun kita sudah tinggi, ingat kata-kata bijak: “Makin tinggi pohon, makin kencang anginnya”? - Diam, bagikan, lalu majulah
Dulu pernah ada istilah “Silent is a gold” karena sebuah keyakinan bahwa keadilan akan terungkap sendirinya oleh waktu. Namun karena banyak orang yang stress menyimpan dendam, banyak orang lebih memilih “speak up” ketimbang diam. Ini yang saya dapat dari pertemuan Bulan Kitab Suci kemarin. Ketika dosa di depan mata, memancing kita untuk melakukannya, silent is a gold. Berdiam dirilah dulu, jangan bereaksi dan jangan beraksi. Kita ambil contoh ketika ada rekan kerja yang menyebalkan dan selalu bikin emosi. Dengan merespon biasa saja dan tidak speak up terlalu dini adalah reaksi terbaik karena kita tidak tahu apa sudah dia hadapi sebelumnya sehingga dia bersikap menyebalkan seperti itu. Saya sering menemukan supervisor saya berbicara kasar ke saya bukan karena dia bermaksud begitu, melainkan karena reaksi dari atasannya yang memberikan tekanan di luar batas kewarasan dia. Kemudian, kalau ternyata memang benar atasan/rekan kerja kita menyebalkan dan selalu bikin naik darah, mulailah untuk menceritakan kejadian itu ke orang yang kita percaya (speak up). Biasanya kita akan mendapatkan perspektif yang berbeda dari teman/lawan bicara. Atau setidaknya kita sudah menyampaikan uneg-uneg kita sehingga emosi bisa sedikit mereda. Setelah itu cobalah untuk move-on dan jangan menyimpan kisah yang sama di dalam hati karena tidak ada gunanya. Orang yang menyakiti hati kita di hari itu, besar kemungkinan dia sudah lupa dengan kejadiannya. Saya pernah memberi tahu anak baru yang kerja dengan saya perihal aturan tempat kerja. Saya tidak menyadari ternyata dia tersinggung dengan omongan saya yang sangat saya kontrol untuk sesopan mungkin karena saya tahu rasanya jadi anak baru. 2 hari kemudian dia menyampaikan permintaan maaf karena sudah marah ke saya dan dia ga mau menciptakan lingkungan kerja yang tidak enak bagi dirinya sendiri. Di situ saya kaget dan baru tahu kalau dia marah dengan omongan saya. Jadi, bayangkan kalau dia memutuskan untuk menyimpannya di dalam hati, mungkin selamanya dia akan sebel sama saya, tapi saya nya santai-santai aja.
Teman-teman, jangan lupa berdoa. Dari semuanya itu, ada satu kekuatan besar yang tidak nampak oleh mata yang bekerja membantu kita menuju ke tingkat kewarasan tertinggi, berpikir logis, dan menyehatkan mental. Semuanya itu ada campur tangan Roh Kudus sehingga memampukan kita menghadapi permasalahan-permasalahan hidup ini, seperti bangsa Israel yang ditindas oleh bangsa Asyur. Karena dari kekuatan yang tak kasat mata itulah yang membuat kita tetap berdiri tegak di tengah gempuran cobaan. Seperti weed yang tumbuh di tanah gersang. Tidak disirami, tidak dipupuki, tapi tetap tumbuh, berdiri tegak di tengah lahan tak berpotensi.