KEPOMPONG DAN PASKAH

Sebagai paroki etnik, KKI Melbourne beroperasi di berbagai daerah untuk mencakup kondisi geografis domisili umat yang cukup besar di 'Greater Melbourne area'. Halaman ini digunakan untuk memberikan lokasi dan waktu perayaan Ekaristi berbahasa Indonesia.

Oleh Fr. Blasius Trinold Asa, SVD

Pada suatu kesempatan, sesudah mengikuti Sunday School, Carlo pulang ke rumah dengan sejuta pertanyaan di kepalanya tentang peristiwa kebangkitan Tuhan. Carlo segera menghampiri ibunya di taman, kemudian menceritakan apa yang masih mengganjal di benaknya. Setelah mendengar cerita Carlo, ibunya lantas menjelaskan sebisanya begini: ā€˜Kamu lihat kupu-kupu itu?ā€™ kata ibunya, ā€˜kebangkitan Tuhan itu ibarat dengan kupu-kupu. Sebelum kupu-kupu bisa beterbangan dia akan mengalami proses menjadi ulat, kepompong kemudian kupu-kupu. Ada saat di mana ulat bulu akan mengalami masa di mana dorongan untuk terus makan dan bertumbuh akan berkurang. Si ulat itu, dengan dorongan instingnya, akan membentuk kepompong yang menutupi dirinya sendiri. Kepompong itu akan semakin mengeras dan semua orang akan mengira bahwa dunia si ulat bulu sudah berakhir. Namun di suatu pagi yang cerah, kehidupan di dalam kepompong mulai menggeliat, retakan di bagian atas kepompong mulai terbuka dan kupu-kupu yang terbentuk dengan indah pun muncul. Membutuhkan waktu berjam-jam bagi kupu-kupu untuk merenggangkan bagian tubuhnya dan mengeringkan sayapnya dan bergerak ke atas dan ke bawah dengan sangat perlahan. Kemudian, sebelum kita sadari, kupu-kupu itu sudah membubung tinggi. Dengan mudahnya ia mengikuti arah angin, hinggap dari bunga yang satu ke bunga yang lain, seakan-akan ingin menunjukkan warna-warninya kepada bunga-bunga yang mekarā€.

Keajaiban kupu-kupu tidak akan pernah berhenti membuat kita kagum, karena peristiwa kupu-kupu bisa menjadi pembanding agar kita mengerti tentang peristiwa kebangkitan Tuhan. Ibarat kempompong yang harus mengalami proses retakan agar kupu-kupunya bisa keluar, demikinlah batu makam digulingkan, tanda Yesus sudah bangkit. Tuhan Yesus tidak tinggal lagi di makan yang gelap. Selain itu, pagi-pagi benar saat Paskah tiba, kedua murid beradu cepat lari ke makam, melihat kain kafan pembungkus tubuh Yesus tergeletak di tanah. Seperti halnya dengan kepompong yang kosong ditinggalkan oleh kupu-kupu yang sudah terbang bebas, demikianlah kubur sudah kosong, Yesus telah bangkit.

Paskah adalah tentang kebangkitan dan kehidupan baru yang Tuhan berikan, yang harus kita syukuri dan maknai secara lebih sungguh. Pertama, Paskah mengingatkan kita bahwa kebangkitan tidak akan ada tanpa penderitaan, salib dan kematian bahkan suasana kubur yang menakutkian. Dari ilustrasi di atas, ulat harus melewati situasi sulit untuk menjadi kepompong, namun proses yang demikian sulit itu membentuknya menjadi kupu-kupu yang menawan. Begitulah hidup kita, akan melewati berbagai kesulitan dan tantangan, rasa sakit, perjuangan dan kerja keras, membantu kita untuk terus belajar dan berkembang menjadi pribadi yang lebih tangguh. Tidak ada yang instant, sebab yang instant hanyalah sesaat. Tetapi bila suatu usaha melewati proses yang tepat dan benar, maka hasilnya akan tepat pula. Kedua, Paskah selalu memberi kita harapan baru karena Kristus yang bangkit memberi kita semangat yang baru. Seekor ulat tidak menginginkan berlama-lama sebagai kepompong. Ada harapan untuk menjadi kupu-kupu yang indah. Demikian pula Kristus, tidak perlu berlama-lama dalam kubur yang gelap dan sunyi. Dia harus bangkit agar kita diberi harapan hidup baru. Harapan-harapan baru selalu ada bila kita berkanjang di dalam Tuhan, sebab Tuhan pun tidak ingin kita terlelap dalam ā€˜makamā€™ keengganan dan putus asa; kelesuan dan kepedihan; jalan buntu, kehilangan arah dan pegangan hidup. Paskah Tuhan menyadarkan kita untuk move on dari manusia lama, menjadi manusia baru yang senantiasa bertekun pada hal yang lebih berguna bagi hidup. Tuhan sudah bangkit, semoga kita pun ikut bangkit, diselamatkan-Nya. Seperti kupu-kupu yang indah, diri kita pun dihiasi sukacita, kekaguman dan rasa syukur berlimpah.

Tags:

Comments are closed

Latest Comments