Saat jalan pagi di taman dekat rumah, saya kebetulan mengamati seekor laba-laba yang sedang asyik membangun sarangnya. Dengan bersemangat si laba-laba merajut sarangnya dengan setapak demi setapak, maju mundur, ke kiri ke kanan, sesekali berhenti (mungkin lagi mikir) atau putar balik. Prosesnya kelihatan semrawut (tak beraturan) tapi akhirnya ya jadi juga sarangnya.
Sepertinya proses ini kok mirip-mirip dengan proses kita dalam membangun iman. Selangkah demi selangkah, kadang maju, kadang mesti belok kiri atau kanan. Malah sesekali mesti berhenti (untuk refleksi), mundur (karena ketinggalan sesuatu) atau putar balik (U-Turn) karena salah arah.
Seringkali dalam membangun iman kita terbawa sikap terburu-buru, maunya cepat sampai atau cepat paham padahal proses ini bukan seperti mengendarai mobil atau naik sepeda yang kendalinya dari diri kita sendiri. Pembangunan iman membutuhkan uluran dan bimbingan tangan Tuhan. Kita perlu arahan dan kadang-kadang peringatan. Perjalanannya tidaklah linear tapi lebih ke zig-zag and naik-turun (kalau menurut saya perjalanan membangun iman adalah ‘so adventurous’ J).
Perjalanan yang semrawut dan penuh liku-liku inilah mungkin seninya membangun iman. Jikalau lagi tergoda untuk terburu-buru, mungkin cerita si laba-laba ini dapat mengingatkan kita untuk ‘take one step at a time to get closer to God’.
Salam,
Franciscus Suryana