MAKNA DARI MIMPIKU MELIHAT YESUS AKAN DISALIBKAN

Sebagai paroki etnik, KKI Melbourne beroperasi di berbagai daerah untuk mencakup kondisi geografis domisili umat yang cukup besar di 'Greater Melbourne area'. Halaman ini digunakan untuk memberikan lokasi dan waktu perayaan Ekaristi berbahasa Indonesia.

Oleh Ivan Ciputra

1 Korintus 10:13:
‘Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.’

Mimpi ini sebetulnya terjadi sekitar pertengahan September 2012. Awalnya aku hanya ingin menyimpan memori akan mimpi ini untuk diriku.

Namun, entah kenapa tiba2 ada sesuatu hal dalam hatiku yang menggerakkan diriku ingin membagi cerita ini dengan teman2.

Malam itu, sekitar pertengahan September 2012 aku tidak bisa tidur di dalam kamarku hingga dini hari sekitar pukul 3 pagi. Karena tidak bisa tidur, aku pun memutuskan untuk tidur di kursi sofa milik temanku yang terletak di meeting-room rumah ini. Aku lupa mulai bisa tertidur lelap pukul berapa waktu itu, yang jelas sofa itu bisa membuat diriku tertidur pulas.

Mimpi ini terjadi begitu cepat sekali. Aku bahkan tidak ingat akan awalnya. Tiba2 saja, aku sudah mendapati diriku sedang berada di tengah2 sebuah lapangan berdebu di mimpi ini. Beberapa saat kemudian, aku sungguh begitu terkejut melihat sekelompok tentara menyeret paksa Yesus yang memikul salib-Nya dengan penuh darah dan kesakitan. Segera akupun menangis histeris sambil berusaha berlari dengan harapan bisa memberikan pertolongan ke arah Yesus. Namun, usahaku untuk berlari ini sia-sia karena tubuhku ditahan oleh beberapa orang yang ingin menenangkan hatiku. Aku pun hanya bisa menangis, menangis, dan menangis hingga diriku pun tertunduk lesu ke tanah karena tidak tega dan tidak berdaya melihat tersiksanya Yesus ini. Beberapa saat kemudian, aku terbangun dari tidurku dan mendapati sebagian wajah dan bantal bagian bawah basah terkena derasnya cucuran air mataku. Aku langsung terkejut karena mendapati diriku baru saja bermimpi melihat Yesus akan disalibkan.

Aku mengheningkan diri sejenak duduk di sofa itu berusaha menenangkan diri sambil sesekali memikirkan apa makna dibalik mimpiku itu. Saat itu jam masi menunjukkan skitar pukul 5 pagi, aku pun memutuskan untuk melanjutkan tidur lagi dengan berharap mimpi yang tadi hanyalah sebuah mimpi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. 

Setelah bangun dan memulai aktivitas hidupku pada siang hari, sesekali pikiranku masih tertuju pada mimpi itu. Sesekali pula aku ingin menceritakan mimpi melihat Yesus disalib ini kepada teman2-ku. Namun, entah kenapa saat itu aku selalu berpikir untuk tidak perlu menceritakan mimpi ini ke siapapun. Sehari atau dua hari setelah mimpi itu, mamaku menelepon aku di malam hari sekedar untuk saling bertegur sapa dan menanyakan keadaan masing2. Dalam percakapan itu, mamaku bilang bahwa dirinya akan berangkat menjalani terapi pijat punggung di Beijing-China pada Kamis, 27 September 2012 (Mamaku memutuskan untuk berangkat menjalani terapi punggung di Beijing dengan tujuan untuk menghilangkan sedikit rasa nyeri yang kadang2 muncul di bagian punggung tubuhnya). Saat ditelepon mamaku, aku hendak ingin menceritakan mimpiku bertemu Yesus ini ke mamaku, namun entah kenapa lagi-lagi aku memilih untuk tak menceritakannya supaya tidak bikin cemas mamaku. Sehari atau dua hari setelahnya, teman2 dari Mudika Melbourne mengajak diriku untuk bergabung dalam sesi malam Doa Taize bersama di rumah salah satu temanku. Awalnya aku ingin berbagi cerita akan mimpi ini ke teman2 di sana tapi entah kenapa aku lagi-lagi memilih untuk menyimpan mimpi ini hanya untuk diriku sendiri. 

Seminggu telah berlalu, saat itu aku tengah menjalani liburan tengah semester. Sekitar hari Selasa/Rabu (25/26 September 2012), mamaku menelepon aku lagi untuk berpamitan sebelum dirinya bertolak ke China pada hari Kamis. Dalam telepon itu, mamaku berharap agar cepat betah/kerasan di rumah yang baru dan aku pun juga berpesan kepada mamaku supaya tetap tenang dalam menjalani terapi pijat di China, ‘semua bakal baik2 aja Ma, jangan takut karena ini hanyalah pijat biasa, Mama pasti bakalan baik2 aja. GBU + take care always ya’ tambahku. 

Pada hari Kamis, 27 September 2012 mlm sekitar pukul 10 malam WIB, mamaku pun berangkat ke Beijing dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta. Sebelum boarding, mamaku berkata lewat Blackberry Messenger ‘Van, mama uda mau boarding. Take care ya kamu’ dan aku pun membalas ‘Ok Mom, take care + have a nice flight’. Saat itu, aku tidak mempunyai firasat buruk apapun akan terapi mamaku. Aku hanya selalu percaya bahwa mama bakalan baik2 saja setelah terapi pijat itu.

Sabtu siang (29 September 2012), aku bangun tidur dan mempersiapkan diriku sebelum keluar mencari makan siang bersama salah seorang temanku. Siang itu, aku memutuskan untuk makan siang nasi goreng di kedai Jepang favoritku di Burwood, Melbourne. Tiba2 saja ceceku mengirim pesan pada diriku bilang kalau cece dan papaku bakalan segera terbang menyusul ke China karena mamaku pingsan setelah dokter melakukan salah suntik di bagian belakang leher (peristiwa ini saat ini sudah masuk kedalam kategori dugaan malapraktik yang sedang diselidiki oleh menteri luar negeri China akibat tindakan tidak profesional dan tidak bertanggung jawab sang dokter di klinik tempat mamaku diterapi).

Segeralah aku pun kaget mendengar kabar itu dan aku pun bertanya penuh kepanikan ke ceceku mengenai kenapa mamaku bisa pingsan ? Apakah semuanya baik2 saja ? Apa aku juga perlu ke sana ? Ceceku pun membalas kalau kondisi mamaku stabil dan baik2 saja serta berpesan agar aku tetap di Melbourne saja supaya bisa tetap fokus pada exam yang tinggal 2 minggu lagi (saat itu cece dan papaku juga belum bisa mengetahui secara pasti keadaan mamaku karena posisi mereka saat itu sedang dalam perjalanan menuju ke Beijing-China, jadi wajar kalau ceceku berkata demikian supaya diriku tidak down di saat2 sebelum exam). Aku pun hanya bisa berdoa dan berpikiran positif kalau mamaku hanya sekedar pingsan biasa dan bakalan sadar dalam beberapa jam ke depan. Malam sebelum tidur pun aku juga berdoa berharap kepada Tuhan agar mamaku cepat siuman. 

Keesokan harinya (30 September 2012), aku terbangun dari tidurku. Beberapa saat kemudian, aku mendapatkan sms dari ceceku yang isinya mengatakan bahwa mamaku sedang koma, dokter bilang mama mengalami infeksi otak yang diakibatkan kekurangan oksigen setelah pingsan terlalu lama. Segera mungkin aku pun kaget dan langsung bangkit dari ranjang serta membaca message itu lagi seakan-akan masih tidak percaya akan message dari ceceku itu. Sesaat aku berpikir ini hanya mimpi, ini hanya mimpi, jangan percaya akan message itu. Aku pun memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk membasahi tangan dan wajahku dengan harapan aku terbangun dari ‘mimpi’ yang buruk ini. Air pun membasahi kedua tanganku dan wajahku, aku merasa kedinginan, aku melihat kembali message itu dan aku pun menyadari bahwa aku bukan bermimpi lagi, ini kenyataan. Aku berusaha sekuat mungkin agar bisa dengan tenang keluar dari kamar mandi sambil menahan tangisku. Namun, usahaku sia-sia. Begitu melihat housemateku keluar dari kamar, aku menjadi tidak kuat lagi, dan segeralah aku menangis dan menceritakan kejadian ini ke housemateku. Setelah itu, dengan air mata masih keluar aku pun berusaha untuk menelepon agen untuk mencari tiket dan visa serta mengabari universitas untuk menunda examku karena kondisi mamaku yang koma ini. Urusan mencari tiket, visa, dan mengabari universitasku ini tidaklah semudah yang dibayangkan karena saat itu masih hari libur. Ketiga hal ini baru bisa aku dapatkan/selesaikan pada hari Senin keesokan harinya. 

Senin sore itu pun aku langsung packing semua barang2-ku untuk langsung terbang dari bandara Melbourne ke Beijing (via Hongkong) pada malam harinya (01/10/12). Sesaat setelah pesawat Cathay Pacific yang aku tumpangi lepas landas, tiba2 aku membayangkan lagi kondisi mamaku yang sedang koma hingga membuat diriku menangis tersedu-sedu. Penerbangan ini memakan waktu sekitar 12 jam dengan transit sekitar 2 jam di Hongkong. Selama perjalanan sendiri yang jauh dan melelahkan ini, aku hanya bisa berharap cemas akan kondisi mamaku sesekali optimis bahwa mamaku akan kembali sadar dan kembali hidup normal.

Selepas mendarat di Beijing Selasa siang pukul 12 (02/10/12), aku pun langsung bergerak menuju ke rumah sakit Xuan Wu tempat dimana mamaku dirawat. Di dalam taksi, salah seorang saksi yang mendampingi mamaku dari awal terapi hingga terjadinya tragedi yang tak diharapkan oleh siapapun ini mengatakan kepadaku agar diriku bisa kuat dan tabah saat melihat kondisi mama di rumah sakit nanti. Aku pun segera diliputi rasa penuh takut, kecemasan, dan kepanikan.

Sungguh hatiku begitu hancur, sedih, dan terluka ketika melihat kondisi mamaku yang koma, tubuh yang ditopang berbagai alat penunjang kehidupan, dan alat pendeteksi denyut jantung + tekanan darah menunjukkan angka yang jauh di bawah normal.

Seperti ketika bermimpi melihat Yesus disalibkan, air mataku keluar tak tertahankan lagi, aku hanya bisa menangis, menangis tak berdaya, merenungi nasib tanpa bisa berbuat apa2 dan tertunduk lesu di samping tangan kanan ibuku. Saat ini bisa dibilang merupakan saat tersedih dan terkelam dalam hidupku. Sembari menyemangati mama agar cepat sadar, aku cece dan papa serta orang2 yang mendampingi kami hanya bisa berdoa berharap yang terbaik kepada Tuhan untuk kondisi mamaku. Di saat itu aku memegang erat tangan kanan mamaku dan berkata ‘Ivan telah datang, ayo segera bangun Ma’. Saat itu aku percaya bahwa mama masih bisa mendengar suaraku meski koma, aku bahkan melihat mata kanan mama mengeluarkan setetes air mata. 

Kondisi mamaku yang sempat kembali sedikit membaik setelah aku datang di sisi mama akhirnya terus memburuk sejak Selasa malam hingga Rabu pagi. Dokter di rumah sakit itu pun berkata bahwa peluang hidup mamaku tinggal 1 persen. Menghadapi kenyataan yang berat itu, kami sekeluarga berusaha sekuat, setabah, dan setegar mungkin untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk akan kematian mamaku. Aku sesekali berdoa dan berharap agar mukjizat terjadi kepada mamaku.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Mamaku akhirnya meninggal dunia setelah koma selama hampir 100 jam pada hari Rabu (03/10/12) pukul 14.55 (waktu China). 

Aku baru menyadari sekarang bahwa diriku yang penuh tangis, lemas, tak berdaya, dan tertunduk lesu saat melihat kondisi mamaku yang koma sungguh mirip dengan mimpiku saat melihat Yesus akan disalib.

Mimpi melihat Yesus akan disalibkan yg terjadi di bulan sebelumnya (pertengahan September 2012) ini memberikan makna yang sangat kuat bagi hidupku. Yesus seperti berpesan kepada diriku agar bisa dengan tegar, tabah, dan tulus ikhlas dalam merelakan kepergian mamaku seperti para rasul yang bisa dengan tegar, tabah, dan ikhlas dalam merelakan kepergian Yesus menuju Kerajaan Surgawi. 

Dari mimpi ini, aku juga memahami bahwa mungkin suatu saat kita dalam hidup ini bisa menangis, sedih, kecewa, atau mengalami masalah. Namun, aku harus tetap percaya dan percaya bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib tidaklah sia-sia. Pengorbanan Yesus adalah untuk menyelamatkan dan menebus dosa umat manusia. Cinta kasih Yesus itu melebihi segala-galanya dan kepingan cinta kasih Yesus itu ada dalam hati tiap manusia. Alangkah bahagia dan damainya kita semua, jika kita sebagai manusia saling mampu membagikan cinta kasih Yesus, cinta kasih Allah.

Badai pasti berlalu. Cobaan berat boleh datang, namun semangat hidup kita tidak boleh padam. Mungkin apa yang ada di pikiran manusia bisa berbeda dengan apa yang Tuhan rencanakan. Tetapi percayalah bahwa ‘rencana Tuhan itu sungguh amat baik dan indah pada waktu-Nya’. Tidak selamanya kita bisa hidup bahagia, ada kalanya kita jatuh, gagal, atau mengalami musibah/masalah. Namun, yang menjadi luar biasa adalah kita mampu bangkit dari keterpurukan dan menjadi berhasil setelah berjuang dengan ulet, tulus ikhlas, rendah hati, dan selalu bersyukur + percaya kepada-Nya. Karunia dan rahmat Tuhan kepada setiap manusia itu sungguh amat luar biasa. Kalau ada cobaan/masalah, pasti ada jalan keluar. Tuhan-lah yang menyediakan jalan itu, Tuhan ingin kita menang.

Keep believing and be blessful + fruitful in Him 😇

Tuhan memberkati saudara/i terkasih semua 😊

Tags:

Comments are closed

Latest Comments