MENANGGAPI KERAHIMAN TUHAN DALAM HIDUP

Sebagai paroki etnik, KKI Melbourne beroperasi di berbagai daerah untuk mencakup kondisi geografis domisili umat yang cukup besar di 'Greater Melbourne area'. Halaman ini digunakan untuk memberikan lokasi dan waktu perayaan Ekaristi berbahasa Indonesia.

Oleh Fr. Andy Fani, SVD

Saudara/iku yang terkasih dalam Kristus. Perikop injil yang baru saja kita dengar tadi merupakan salah satu bagian dari epilog/penutup dari Injil Yohanes. Kala itu, murid-murid Yesus masih merasakan ketidakpastian setelah mengalami kejadian-kejadian seputar penyaliban Yesus. Menariknya, peristiwa ini merupakan penampakan Yesus yang ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya. Penampakan sebelumnya dicatat dalam Yoh. 20:19-23 (tanpa Tomas) dan Yoh. 20:26-29 (dengan Tomas). Mungkin dalam pikiran para murid saat itu adalah “buat apa mengharapkan Yesus yang telah mati tersalib itu? Bahwa sejauh mereka bersama-sama dengan Yesus, mereka masih mempunyai pola pemikiran seperti orang-orang Yahudi yang lain bahwa Yesus nantinya menjadi tokoh pembebas bangsa Israel.

Ketika para murid ada bersama dengan Yesus, mungkin mereka paham betul tentang apa yang dikatakan Yesus “bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga”. Namun ketika Yesus tersalib, semua yang Yesus katakan tentang diri-Nya sendiri itu hilang dari ingatan para murid-Nya. Barangkali banyak juga diantara para pengikut Yesus saat ini yang selalu dekat dengan Firman Tuhan, berdoa, selalu mengikuti perayaan ekaristi. Namun ketika kesusahan datang dalam hidupnya, semua pengenalan akan Firman Tuhan itu hilang.

Murid-murid Yesus tidak mengerti bahwa kematian Tuhan Yesus adalah jalan untuk kehidupan. Terkadang kita tidak sadar bahwa Tuhan telah mengatur hidup kita menuju kebaikan. Karena itu, saya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan beberapa point menarik, yang telah kita dengar dalam bacaan Injil tadi.

Pertama, “Tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa” (ayat 3). Bahwa pekerjaan Petrus sebelum mengikut Yesus adalah seorang pencari ikan atau nelayan. Biasanya waktu yang tepat untuk menangkap ikan adalah pada malam hari. Namun yang terjadi mereka tidak menangkap apa-apa. Apa yang terjadi? Ternyata mereka mengalami kekosongan hidup. Bagaimana pun usaha kita dalam hidup ini, jika tidak bersama-sama dengan Tuhan, tidak akan memperoleh hasil apa-apa dan akan sia-sia. Semua pekerjaan yang kita lakukan tanpa Tuhan tidak akan membawa sukacita.

Kedua, “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk pauk” (ayat 5). Sebenarnya Yesus sudah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan, namun dari bahasa sederhananya kita mungkin bisa terjemahkan “ada yang bisa saya bantu?”. Itulah respon Tuhan dalam penderitaan umat-Nya, bahwa Tuhan siap mengulurkan tangan kasih-Nya yang paling agung dan anggun kepada kita. Setiap saat Tuhan siap membantu dan menolong kita. Maka jangan pernah berputus asa sebab Tuhan yang kita imani itu mengetahui pergumulan kita. ingatlah selalu bahwa Allah senantiasa ingin mengulurkan tanganNya untuk menolong kita. Tinggal kita bagaimana merespon pertolongan Tuhan itu.

Ketiga,  “Tebarkanlah jalamu” (ayat 6). Kita bisa membayangkan bahwa, malam hari-waktu yang pas untuk menangkap ikan saja, para murid tidak dapat menangkap apa-apa, apalagi di siang hari. Itu merupakan sesuatu yang mustahil. Tetapi itulah Allah, bahwa tiada yang mustahil bagi-Nya. Tuhan akan berkarya diluar logika manusia. Kata kunci untuk perbuatan Allah yang ajaib itu adalah setiap orang yang mau melakukan perintah Tuhan akan mendapatkan pertolongan. Seandainya mereka tidak melakukan apa yang di suruh oleh Yesus mungkin mereka tidak akan mendapat sukacita.

Keempat,  “Itu Tuhan” (ayat 7). Ini adalah tindakan yang tepat untuk merespon pertolongan Tuhan. Ketika Tuhan bertindak menyelamatkanmu maka katakanlah “ini perbuatan Tuhan”. Kita mengenal Tuhan ketika Tuhan bertindak dalam hidup kita. Maka jangan pernah sombong ketika kita berhasil dalam hidup ini, Sebab semuanya adalah karena campur tangan Tuhan.

Kelima,  “Marilah dan sarapanlah” (ayat 12). Inilah sukacita hidup kita bersama dengan Tuhan, sebagai lambang perjamuan dengan Tuhan. Secara fisik kita tidak dapat melihat Tuhan, tetapi Tuhan itu hidup dan hadir ditengah-tengah kehidupan kita untuk memberikan sukacita dan pengharapan. Berjalanlah bersama Yesus supaya kita tidak kecewa. jangan andalkan logika, tetapi andalkanlah iman bahwa Tuhan itu hidup dan senantiasa memperhatikan kehidupan kita. Hal ini bisa dilaksanakan dengan cara mengikuti perayaan ekaristi. Sebab Yesus sendiri telah menetapkan ekaristi pada perjamuan malam terakhir, sebagai kenangan akan Dia. Karena itu, kita semua diajak untuk tidak melupakan ekaristi sebagai partisipasi kita dalam perjamuan bersama Tuhan.

Dalam nuansa pesta Kerahiman Ilahi, yang telah kita mulai dengan novena, Paus Fransiskus selalu mendesak umat Kristiani, termasuk kita semua untuk membuka diri terhadap belas kasihan Kristus, yang Dia berikan melalui perdamaian, pengampunan, dan luka-luka-Nya. Kita juga diminta untuk membagikan belas kasihan ini kepada orang lain.

Hemat saya, jika cinta hanya tentang kita, hanya tentang diri kita sendiri, iman menjadi gersang, mandul dan sentimental. Tanpa orang lain, iman menjadi tanpa tubuh. Tanpa perbuatan belas kasih, iman itu mati. Karena itu, seturut permintaan paus Fransiskus, saya juga ingin agar kita tidak melupakan orang-orang yang terpinggrikan dalam hidup kita. Sebab meskipun tidak sedarah, mereka adalah saudara dan saudari kita.

TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA

Tags:

Comments are closed

Latest Comments