MENUJU KEPADA TERANG KRISTUS – Minggu V: Aku Dapat Melihat

Sebagai paroki etnik, KKI Melbourne beroperasi di berbagai daerah untuk mencakup kondisi geografis domisili umat yang cukup besar di 'Greater Melbourne area'. Halaman ini digunakan untuk memberikan lokasi dan waktu perayaan Ekaristi berbahasa Indonesia.

Oleh Frater Gusty Siga, SVD

Doa pembuka

Tuhan, kami berdoa semoga Engkau benar-benar membuka mata kami. Bantu kami untuk mengakui bahwa kami adalah orang yang lemah tanpa belas kasihanmu. Tolong kami, Tuhan, untuk datang, seperti si buta, dengan rendah hati menyembah di kakiMu, untuk menyadari bahwa Engkau telah datang ke dunia untuk memberi kami terang dalam kegelapan kami, untuk memimpin kami melalui jalan yang membingungkan yang harus kami lalui, dan membawa kami kepada keselamatan. Amin.

Kutipan ayat dari Injil

Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek.”

Ilustrasi

Di Gereja Paroki saya, ada seorang buta yang setiap hari minggu selalu duduk di bawah pohon dan memainkan lagu-lagu Gereja menggunakan sehelai daun yang ditiup. Seiap kali selesai mengikuti perayaan ekaristi, orang-orang selalu berkumpul di sekitar orang buta ini untuk mendengarkannya bermusik. Banyak orang yang sangat kagum dengan apa yang dilakukannya. Walaupun ia memiliki keterbatasan fisik, ia tetap mampu menyumbangkan bakat dan talentanya untuk orang lain.

Tahun lalu saya mendengar kabar bahwa ia telah berpulang. Kini tidak ada lagi alunan musik merdu sehabis misa. Namun, kisah hidup dan kehadirannya di tengah komunitas menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting bahwa dalam situasi apapun, entah baik atau buruk, kita tetap selalu bisa memuji dan memuliakan Tuhan dengan cara kita masing-masing. Ia memang buta secara fisik tapi hati dan imannya selalu hidup untuk melihat kasih dan karunia Tuhan karena ia selalu bersandar pada perjumpaan yang intim dengan Tuhan sebagai satu-satunya sumber terang.

Refleksi

Mukjizat penyembuhan dalam injil Yohanes ini, mengajak kita melihat perjalanan iman dari orang buta, yang sebenarnya merupakan refleksi dari perjalanan iman kita sendiri. Kita yang telah disembuhkan dari kegelapan karena dosa dituntut terus hidup dalam terang. Kita semua diundang oleh Kristus untuk menjadi duta atau utusan-Nya (2 Kor 5:20) untuk mewartakan Kabar Gembira. Kita diajak untuk ikut menyebarkan terang Kristus kepada semua orang, sehingga semua orang juga dapat sampai kepada Sumber Terang, yaitu Kristus. Ini menjadi tanda bahwa Kristus berkehendak memberi kita, bukan sebatas kemampuan untuk melihat dengan mata, tetapi membuka kemampuan kita melihat secara batin, sehingga iman kepercayaan kita juga semakin diperdalam.

”Bagaimana Yesus membuat orang buta itu melihat? “Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.”Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” Hal-hal yang dilakukan Yesus ini merupakan tindakan simbolis yang mengajarkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar membuka mata seorang pria. Ini merupakan sebuah perumpamaan dalam tindakan. Yesus tidak hanya tertarik untuk memulihkan penglihatan fisik orang buta itu. Dengan tindakkan ini, Yesus mau menunjukkan apa yang diperlukan untuk membuka mata rohani yang buta. Mata fisik dapat dengan mudah dibuka oleh kekuatannya, tetapi untuk membuka mata spiritual diperlukan proses yang tidak mudah dan penuh rintangan. Iman orang buta kepada Yesus adalah bagian utama dari kesembuhannya. Bahkan ketika dia tidak sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi, dia mengikuti instruksi Yesus dan diberi hadiah berupa penglihatannya. Ini menunjukkan kekuatan iman dan pentingnya percaya pada rencana Tuhan.

Kisah iman orang buta dalam ilustrasi dan injil menjadi pelajaran bagi kita bahwa dalam penderitaan yang kita alami, kita juga mampu melihat belas kasih dan kemahabesaran Allah. Kebutaan manusia bukanlah akibat dari dosa, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kuasa Allah. Hal ini mengingatkan kita bahwa penderitaan dapat memiliki tujuan yang lebih besar dalam hidup kita, dan bahwa Tuhan bahkan dapat menggunakan pengalaman kita yang paling sulit sekalipun untuk kebaikan. Kita semua akan menemukan belas kasih Allah saat kita mampu menyatukan segala penderitaan kita dengan penderitaan Yesus di salib yang menderita demi menebus dosa-dosa kita. Ketika kita mampu melihat dan memandang Tuhan sebagai pribadi yang selalu ada beserta kita, kita percaya bahwa akan selalu ada harapan untuk masa depan kita. Kita percaya dengan penuh iman bahwa kuasa Tuhanlah yang akan memampukkan kita untuk berjuang dan Ia akan memberkati setiap usaha dan jerih payah kita.

Tindakan Yesus menyembuhkan orang buta adalah tindakan belas kasih dan kebaikan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menunjukkan kasih sayang kepada sesama, terutama mereka yang terpinggirkan atau membutuhkan. Kita diajarkan untuk tidak menilai seseorang karena kekurangannya,atau karena mereka berbeda dari kita tetapi kita harus mengasihi mereka sebagaimana adanya mereka, sebab mereka pun ciptaan yang dikasihi dan berharga di mata Allah.

Kita mohon belas kasih Allah agar kita disembuhkan dan dicegah dari kebutaan rohani. Sebagaimana orang yang buta mata fisiknya disembuhkan bukan hanya dari kebutaan fisik namun juga kebutaan rohani sehingga mampu mengenali belas kasih Allah dalam kehidupan nyata kita. Kita harus senantiasa hidup dekat dengan Tuhan, bersyukur untuk setiap hal kecil yang kita peroleh dalam hidup dan berusaha sebaik mungkin mencintai hal-hal kecil itu serta terus menerus melakukan pertobatan rohani agar kita mengalami sukacita.

Inspirasi

“Dalam keheningan hati, Tuhan berbicara. Jika kita menghadap Tuhan dalam doa dan keheningan, Tuhan akan berbicara kepada kita. Maka kita akan tahu bahwa kita bukan apa-apa. Hanya ketika kita menyadari ketiadaan Anda, kekosongan kita, Tuhan dapat mengisi diri kita dengan rahmatNya.” ~St. Teresa dari Kalkuta

Pertanyaan refleksi pribadi

  • Apakah saya merasa “dilihat” atau diperhatikan oleh Tuhan atau sesama saya? Bagaimana perasaan saya saat saya “dilihat”/diperhatikan dan dikasihi?
  • Siapa orang-orang dalam hidup saya yang harus saya “lihat”/saya tahu sangat membutuhkan perhatian saya? Bagaimana usaha saya untuk membuka mata untuk melihat mereka?

Doa penutup

Bapa yang mahamurah, kami bersyukur untuk Rahmat yang senantiasa Engkau limpahkan dalam hidup kami baik dalam suka maupun duka. Bantulah kami untuk menjadi pribadi yang mampu melihat dengan mata hati dan iman kami. Berilah kami Rahmat kebijaksanaan, kasih dan ketekunan agar kami dapat mengikuti dikau dengan sepenuh hati dan menjadi terang dan berkat bagi orang-orang di sekitar kami. Amin.

Tags:

Comments are closed

Latest Comments