Oleh Mina Munanto
Padre Pio adalah seorang anak yang lahir di Italy tgl 25 May 1887, keluarga miskin, tapi kaya dalam kepercayaan dan kasih Tuhan. Sejak usia 5 tahun, Padre Pio sudah membaktikan dirinya untuk gereja dan Tuhan, rajin ke gereja dan selalu berdoa. Umur 15 tahun, beliau sudah bergabung dengan ordo Capuchin, dan menjadi imam ketika berusia 23, di tahun 1910. Kesukaannya berdoa, berdiam diri, berbicara secara intensif dengan Tuhan dan Maria sangat mengagumkan, bisa berjam-jam, beliau mendapat julukan “man of prayer”.
Padre Pio mempunyai penyakit paru dan penyakit lain yang tidak dapat dibuktikan jelas secara medis. Tapi beliau menerima semua penyakitnya itu dengan rendah hati dan kerelaan diri, dia berkata semua ini atas ijin dariNya. Stigmata yang diterima Padre Pio pertama kali muncul ketika beliau berusia 31 tahun, beliau menjadi pastor pertama yang menerima stigmata Yesus, luka terbuka di tangan, kaki dan samping tubuh, yang kadang mengeluarkan darah segar selama 50 tahun sisa hidupnya.
Atas kesetiaannya, Padre Pio diberkati dengan banyak kelebihan seperti bilocation-kemampuan untuk berada di lebih dari 1 lokasi, kemampuan menyembuhkan, kemampuan untuk berbicara berbagai Bahasa walau tidak pernah belajar Bahasa tersebut, kemampuan untuk melakukan mujizat, kemampuan untuk membaca isi hati orang lain, dan wangi bunga mawar yang selalu menyebar dari luka luka stigmata yang menandakan kehadirannya walaupun tidak terlihat mata.
Awalnya di San Giovanni Rotondo, Padre Pio melayani di sebuah gereja yang kecil. Karena banyaknya pengunjung dan orang yang datang untuk meminta pertolongan, dibangunlah gereja yang lebih besar, Padre Pio menamakan “Little Box”. Keingingan Padre untuk mempunyai gereja yang lebih besar terlaksana setelah beliau meninggal, sesuai dengan perkataannya “misiku akan berkembang setelah aku pergi”. Gereja besar itu bisa menampung lebih dari 5.000 pengunjung di dalam dan 13.000 orang di halaman terbuka diluar.
Padre Pio juga memerintahkan untuk membangun rumah sakit disamping gereja, dinamakan “The Home for The Relief of Suffering” Rumah untuk yang terlantar . Walaupun tidak ada dana yang tersedia, Padre tetap bertekad untuk menyelesaikan proyek rumah sakit tersebut. Ada seorang wanita yang datang untuk mengaku dosa di gereja St Peter Vatican. Dia dilayani oleh seorang pastor Capuchin, setelah beberapa saat wanita itu kembali keruang pengakuan, pastor tersebut telah menghilang. Wanita itu, seorang reporter, berusaha mencari tahu sampai akhirnya dia tiba di Rotondo. Melihat pembangunan rumah sakit, dia mewawancarai tukang yang sedang bekerja, dan mendapat informasi bahwa sebenarnya tidak ada dana yang tersedia, tapi tetap dikerjakan hanya bermodalkan tekad dan keyakinan besar dari seorang Padre Pio. Ketika bertemu Padre Pio, wanita tersebut menanyakan bagaimana caranya supaya calon suaminya menjadi Catholic, Padre menjawab sekarangpun bisa terjadi. Bagaimana dengan dana untuk rumah sakit dan dijawab dalam Tuhan semua bisa terlaksana.
Ketika wanita tersebut, ternyata seorang reporter terkenal, Barbara Walter kembali kerumah, dia mendapati calon suaminya sudah dibaptis saat bersamaan dia berbicara dengan Padre Pio. Setelah itu ibu Barbara mengirimkan dana 400.000 dollar, untuk pembangunan rumah sakit. Awalnya rumah sakit tersebut hanya mempunyai 200 tempat tidur, sekarang telah mempunyai lebih dari 1000 tempat tidur.
Paus John Paul ke II ternyata adalah teman baik Padre Pio sejak Paus masih pastor biasa, Padre berkata: suatu waktu kau akan menjadi Paus, salah satu kemampuan Padre Pio untuk melihat masa depan. Padre juga bisa mengobati dari jarak jauh, suatu waktu Paus John Paul ke II menulis surat meminta Padre Pio untuk mendoakan seorang ibu dari beberapa anak yang akan dioperasi karena sakit cancer. Ibu tersebut dirawat beberapa hari, setelah didoakan, ibu tersebut ternyata tidak jadi dioperasi karena cancer nya hilang.
Kehidupan Padre Pio dengan segala keistimewaannya bukan dilalui dengan senang hati, tapi dengan penuh penderitaan dan kesakitan. Tapi kecintaan Padre Pio kepada Yesus dan maria sungguh besar, Rosario tidak pernah lepas dari tangannya. Beliau menyerah kepada malaikat kematian tahun 1968 diusia 81 tahun, dengan Rosario ditangan, Padre megucap “Gesu, Maria” (Yesus, Maria) berulang ulang. Tahun 2002 Paus John Paul ke II menjadikan Padre Pio seorang Santa. Sampai saat ini San Giovanni Rotondo menjadi salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi oleh umat Katholik dari seluruh penjuru dunia.