Oleh Pater Andy Fani, SVD
I. KETIKA MENDENGAR BERITA DARI KAMPUNG
Hari Sabtu 18 November 2023, ketika sedang asyik masyuk berbagi kisah
dengan beberapa anggota Keluarga Katolik Indonesia (KKI) di West Melbourne, aku
dikejutkan dengan sebuah berita dari kampung halamanku (Lahurus, Atambua, Nusa
Tenggara Timur), kalau P. Yosef Seran, SVD telah pergi menghadap Sang Khalik untuk
selama-lamanya. Suasana batinku yang semula ceria, berubah senyap. Spontan, aku
mematikan ponselku, dan membaca dengan lebih teliti lagi beberapa pesan singkat di
group WhatsApp. Ternyata benar, bahwa P. Yosef Seran, SVD telah kembali ke hadapan
Tuhan di surga.
Menilik dari silsilah keluarga, P. Yosef Seran, SVD adalah kakekku. Sebab beliau
adalah saudara sepupu dari nenekku (ibu dari bapaku). Ia memberikan khotbah pada misa
perdanaku sebagai seorang imam di kampung halamanku, Lahurus, pada 4 Oktober 2017.
Ia dilahirkan di Lahurus pada 13 September 1949. Ia ditahbiskan menjadi seorang imam
SVD pada tahun 1979 bersama 10 teman angkatannya. Ia meninggal pada tanggal 18
November 2023. Semua aggota komunitas biara terkejut karena pagi harinya Ia masih
memimpin misa di kapela biara St. Yosep Ende. Tidak ada tanda-tanda kalau akan terjadi
seperti ini.
Ia menghabiskan seluruh tugas pelayanan misi di wilayah Provinsi SVD Ende.
Menurut catatan, semasa hidupnya, Ia pernah menjadi pastor paroki Boawae, Rektor
Seminari Mataloko, Deken Ngada kemudian Vikep Bajawa. Ia kemudian ia dipilih
menjadi Vikjen Keuskupan Agung Ende. Setelah menjadi Vikjen Ende, Ia menjadi pastor
rekan di Wolotolo, lalu terpilih menjadi rektor di biara santo Yosef Ende, dan menjalani
tugas tersebut selama enam tahun. Setelah kepergian Pater Henri Daros SVD, Ia setiap
hari melayani tamu yang berkunjung ke serambi Soekarno di Ende. Dalam pesan singkat
dengan Br. Justin Mau Bau, SVD (Misionaris Jepang yang pernah tinggal di Box Hill
selama 5 tahun), Ia pernah menghabiskan beberapa waktu lamanya di Melbourne dan
tinggal di Box Hill.
Tentu saja kepergiannya membawa duka yang dalam bagiku, bagi keluarga dan
umat di kampung, umat di Flores dan Provinsi SVD Ende. Lama sekali aku merenungkan
tentang beliau. Aku pun menulis catatan singkat seperti ini di halaman Facebook. āOpa
Pater Yosef Seran, SVD yang terkasih, seorang imam agung yang sangat sederhana dan
bersahaja, selamat beristirahat dalam damai bersama Tuhan dan para kudus di surga.
Sebetulnya kita tidak berpisah. Kita hanya terlepas sementara untuk bertemu dan
bernostalgia lagi di dalam ruangan yang sama di dalam Firdaus Abadi nanti. Kita selalu
berjumpa dalam doa dan ekaristiā.
Akhirnya, aku pun tiba pada satu titik kesimpulan yang sama dengan rasul Paulus.
āKalau kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan kalau kita mati, kita mati untuk Tuhan.
Jadi, baik hidup atau mati, kita tetap milik Tuhan (Rm. 14.8).
II. KONSEP UMUM KEMATIAN
Kematian adalah salah satu peristiwa kehidupan manusia yang tidak dapat
dihindari. Semua makhluk hidup tak terkecuali manusia akan mengalami dan menghadapi
kematian mereka sendiri secara personal. Kematian itu tidak bisa digantikan dengan yang
lain. Sekeras apapun manusia berusaha mempertahankan hidupnya, namun pada akhirnya
mereka tetap akan mengalami kematian.
Hemat saya, sudah sejak awal peradaban manusia, manusia telah berulang kali
mencoba merefleksikan mengapa terjadi kematian dan nilai apa yang dapat diambil dari
kematian. Manusia dengan seluruh kemampuan akal budinya mencoba memahami dan
memperoleh aneka macam jawaban mengenai arti sebuah kematian. Namun, manusia
lebih mudah melihat kematian sebagai kutuk dari pada berkat. Kematian menjelma
menjadi musuh kehidupan yang sebisa mungkin dihindari dan harus dikalahkan.
III. KEMATIAN MENURUT KARL RAHNER
Karl Rahner (Teolog asal Jerman) percaya bahwa kematian merupakan
fenomena alamiah, siapa saja akan mengalami kematian. Namun, ia percaya bahwa
kematian bukanlah akhir sebuah kehidupan. Kematian bukanlah sekadar terpisahnya jiwa
dan badan, melainkan dimaknai sebagai ambil bagian dalam kematian Kristus.
Rahner berpendapat bahwa kematian manusia hanya dapat dimaknai secara
penuh apabila diterangi oleh kematian Kristus sendiri. Berkaitan dengan kematian Kristus
ini, Rahner mengatakan bahwa: āSang Sabda, melalui inkarnasi dalam rahim Maria,
menjadi sama dengan kitaā. Dari sini, dalam pengertian yang sebenarnya, Kristus mati
dalam kematian kita. Dia mengalami penderitaan sebagaimana manusia jatuh karena
Adamā¦. Tetapi jika Dia menjadi sama dengan kita kecuali dalam hal dosa, seperti yang
diwartakan Surat kepada Orang Ibrani, maka Dia juga menjadi seperti kita dalam
kematian.ā
Melalui pernyataan ini, Rahner hendak menunjukkan bahwa Kitab Suci juga
mewartakan bahwa Yesus juga mengalami kematian yang sama seperti kita. Melalui
kematian Kristus, kita dapat memahami bahwa karya penebusan manusia tidak hanya
terjadi melalui pengurbanan atas tubuh dan darah-Nya yang telah diserahkan bagi
manusia, tetapi juga terletak pada kesabaran dan ketaatan-Nya untuk menderita hingga
wafat di kayu salib. Karena itu, kematian Yesus tidak hanya melunasi dosa manusia,
tetapi juga menunjukkan bahwa penderitaan karena kematian merupakan perwujudan
nyata dari dosa di dalam dunia. Dengan mengambil bagian dalam kematian Kristus,
Rahner menjelaskan bahwa kita tidak hanya āmati di dalam Kristusā, tetapi juga hidup di
dalam Dia.
IV. CATATAN AKHIR
Kematian akan bergerak cepat menghampiri kita di mana pun kita berada. Bahkan
tidak peduli dengan kondisi dan kegiatan kita. John Donne, seorang penyair Inggris yang
hidup pada abad 16 dan 17 bahkan menulis demikian. ātidak perlu mencari tahu untuk
siapa lonceng kematian itu berbunyi. Lonceng itu berbunyi untuk anda. Tidak seorang
pun lepas dari nasib ituā. Ini berarti, kematian selalu mengintai kita setiap hari.
Tentang realitas kematian, kita tidak bisa tidak mengandaikan iman akan Yesus
Kristus yang bangkit. Hanya iman yang dapat menjawab misteri kematian dan kehidupan
di seberang kematian. Tanpa iman akan Kristus yang bangkit, berbicara mengenai
kematian hanya akan dipandang sebagai kematian tubuh dan musnahnya kehidupan.
Kebangkitan hanya menjadi imajinasi dan kehidupan kekal hanya menjadi harapan palsu
semata. Demikianlah Rahner berpegang pada iman dan harapan akan kebangkitan,
meskipun misteri kematian sendiri melampaui uraian yang disampaikannya.
Akhirnya, Kakek P. Yosef Seran, SVD,
Salam kasih dan doa menembus langit Melbourne untukmu.
(Box Hill, 19 November 2023)
Comments are closed