Oleh Suhardjo Djais
Pernahkah kalian bertemu pihak yang merasa dirinya paling melayani Tuhan? Atau merasa paling aktif dan peduli dalam sebuah lingkungan atau kelompok?
Jika kita perhatikan sebuah pohon, tentu kita tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang terjadi pada akar pohon tersebut, kemana akar itu bertumbuh dan apa yang akar tersebut lakukan. Sebuah akar tidak akan berusaha menjadi daun yang hijau, Ia juga tidak akan berusaha untuk menjadi bunga yang indah. Mengapa? Karena dia sadar jika dia adalah tonggak utama sebuah pohon meski tak terlihat. Akar tidak akan menonjolkan dirinya. Akar tidak pernah mendapatkan pujian sekalipun akar yang bekerja terus dan mengabdikan diri demi batang pohon yang kokoh, daun yang hijau dan rimbun serta bunga yang indah. Akar bekerja tanpa pamrih dan tanpa menuntut pengakuan. Sekalipun berada di tempat yang paling rendah dan tersembunyi, namun batang pohon, bunga, daun dan bagian pohon lainnya pada akhirnya menyadari bahwa mereka ada karena kerja keras akar.
Bukankah filosofi seperti ini yang seharusnya menjadi dasar pelayanan kita? Dalam hal ini, Kristus adalah teladan sempurna bagi kita. Sama seperti sebuah akar, Yesus sangat memahami peran-Nya hidup dalam panggilan Bapa. Ia datang bukan untuk dilayani, tapi melayani. Ia datang untuk memberi, bukan untuk menerima. Ia melayani bukan untuk mencari makan, namun memberi makan seperti yang tertulis dalam Markus 6:37.
Belajar dari akar, dasar ini sudah seharusnya menjadi semangat pelayanan kita kepada Tuhan, Gereja, lingkungan dan sesama dimana kita adalah menjadi hamba dan memberi. Tidak menonjolkan diri dan mencari nama, tetapi mengarahkan diri kepada Tuhan, Sang Empunya pelayanan. Yang jika kita perhatikan, sebuah akar tidak memperlihatkan dirinya walaupun ia menopang dan memberi dampak paling besar, yang walaupun diri tidak nampak, namun berdampak.
Sanggupkah kita seperti akar saat melayani panggilan Dia?