Oleh Petter Sandjaya
Saya baru saja menyelesaikan drama korea THE GLORY. Yang namanya drama ternyata tidak melulu soal cinta-cintaan lho. The Glory adalah sebuah drama yang dikemas cukup unik di Netflix, yakni per 8 episode. Dimana 8 episode pertama publish beberapa minggu menjelang akhir tahun 2022, dan 8 episode terakhir mucul di awal Maret 2023. Jadi cukup bikin greget dan penasaran selama masa penantian hampir 3 bulan.
Karena drama ini sudah lebih dari 1 bulan bertengger di Netflix, saya pikir sah-sah saja untuk membagikan sedikit ceritanya, yang biasa para pecinta film menyebutnya spoiler. Lagipula saya tidak akan menceritakan isi dramanya apalagi menyebutkan adegannya, melainkan hanya pesan hidup yang dapat saya pakai untuk melanjutkan perjuangan melawan diri sendiri di bumi ini.
Sedikit synopsis, drama ini menceritakan tentang pembalasan-dendam seorang wanita yang di bully semasa waktu di sekolahnya dulu. Pembulian yang didapatnya bukan hanya verbal saja melainkan sampai ke fisik seperti membakar kulit dengan seterika rambut, disundut rokok, dan lain sebagainya yang tidak bisa saya share di sini. Harus saya akui, 2 episode pertama saya tidak ada kemampuan untuk menonton, karena terlalu sadis (bagi saya). Sekali lagi, bukan karena tidak mau melainkan tidak mampu, yang mana 2 episode pertama tersebut lebih seram dari nonton film Sadako berambut panjang yang keluar dari sumur tua dan TV hitam/putih.
Ok kembali ke laptop. Balik lagi ke pembahasan review dramanya. Langsung aja ke poinnya. Berikut ini beberapa pesan dan nasehat hidup yang saya dapat dari drama THE GLORY yang mungkin bermanfaat bagi teman-teman juga:
- Balas dendam, tidak akan membuatmu bahagia
Sudah bosan toh mendengar istilah “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan”. Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Kasih dan Damai. Hanya dengan melakukan kebaikan lah rasa bahagia dan damai sejahtera itu akan dapat dirasa dalam hidup. Ketika kita terbiasa melampiaskan emosi kita, ada candu di situ yang membuat kita uring-uringan kalau emosi tersebut tidak terlampiaskan. Karenanya kalau ada yang jahat dengan kita, ga usah digubris. Abaikan saja, lalu move-on.
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:19)
- Jaga mulut, jaga hati
Jika memang hidup kita sudah sulit, berusahalah untuk tidak membuang “sampah” itu ke orang lain. Karena hidup orang lain pun punya kesulitannya sendiri yang mungkin tidak sebanding dengan kesulitan kita, walau dari luar dia mungkin selalu tersenyum dan glamor. Jadi sebaiknya jangan melampiaskan kekesalanmu pada orang lain, yang justru akan membuat hidupnya semakin sulit. Membuang “sampah” itu ke orang lain pun tidak akan membuat kita bahagia. Yang dapat kita lakukan adalah mengalihkan rasa galau kita dengan fokus pada sesuatu yang justru kita sukai dan minati. Tapi kalau memang harus diungkapkan, pergilah ke orang yang dapat dipercaya, yang siap mendengarkan luapan emosi kita. KKI Melbourne punya lho Kelompok Pendengar yang siap medengarkan emosi kita supaya umat memiliki hubungan yang baik dengan orang di sekitarnya, dengan tidak membuang “sampah” sembarangan.
“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah” (Yak 1: 19-20)
- Menjadi kaya tidak akan membuat hidup bahagia
Kejarlah peningkatan karakter dan perubahan sikap ke arah yang positif dengan melawan diri sendiri ketimbang mengejar uang dan harta kekayaan, supaya hidup ini lebih bahagia dengan tidak bergantung pada kedua hal itu. Karena kebutuhan daging tidak akan pernah bisa terpuaskan, ingin lagi… dan lagi… dan lebih lagi… Ketika kita dapat memahami arti kata “cukup”, pada saat itulah kita dapat mengendalikan hasrat kedagingan ini, sehingga hidup dapat lebih berguna untuk orang lain bukan mementingkan diri sendiri. Karena ketika hidup ini penuh manfaat, atau dapat dimanfaatkan orang lain, ada rasa bahagia dan damai dalam menjalani hidup yang sudah sulit ini. Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami ini: “memberi dapat membuat kita lebih bahagia daripada menerima”. Kabar baiknya adalah, memberi tidak harus menunggu kita berkecukupan.
“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan, sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki” (Gal 5: 17)
- Berhentilah ke luar untuk berperang, karena benteng anda sedang di serang
Dalam permainan catur Korea “Go”, salah satu strategi memenangkan permainannya adalah dengan menyerang benteng lawan yang sedang sibuk menyerang kita. Mereka lupa untuk mawas diri karena mereka pikir kita sibuk bertahan oleh serangan mereka. Berhentikan mencela & menceritakan kejelekan orang lain bila itu tidak ada manfaatnya. Karena pada waktu kita bergosip, saat itulah kita sudah jatuh kalah dalam peperangan. Pada waktu yang sama kita sedang diserang oleh hal-hal negatif yang sifatnya candu, kepuasannya membuat kita ingin mengulanginya.
“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (1 Petrus 4:7)
- Membenci orang yang layak dibenci
Memang ada banyak orang yang begitu menyebalkan di sekitar kita sehingga kita merasa dia layak kita musuhi, menjahatinya, atau bahkan membalaskan dendam kita. Tapi kalau kita melogikakan, mencari tahu, dan mengetahui latar belakang kenapa orang tersebut bisa begitu menyebalkan, kita akan sampai pada titik kesadaran yakni sebuah penyesalan, bahwa kita sudah membuang-buang waktu dan tenaga untuk hal yang tidak akan membahagiakan kita. Kita harusnya merasa iba pada orang seperti ini karena mereka tidak bisa lepas dari candu mereka untuk menjahati orang lain. Bagaimana kita memperlakukan orang yang direhabilitasi, seperti itu pulalah kita seharusnya memperlakukan orang yang tidak bisa berhenti berbuat jahat.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”
(Matius 5: 44-45)
- Kesulitan sekarang bukanlah akhir
Bila kita mengesampingkan rasa sedih atau kecewa akibat kesulitan hidup yang kita alami sekarang, kita pasti mampu melihat bahwa semua dari kesulitan dan kekecewaan hidup itu sebenarnya menyampaikan pesan dan pembelajaran yang sangat bermanfaat untuk perkembangan pribadi kita. Karenanya ketika kita marah, sedih, kecewa, carilah pengalihan (distraction) supaya kita tidak terlena dalam perasaan itu, sehingga kita dapat melihat pesan yang Tuhan mau sampaikan kepada kita melalui masalah yang terjadi. Mencintai, itu bisa menjadi pengalihan yang cukup efektif karena kita dapat terlena di dalamnya, namun harus berhati-hati juga karena “mencintai” ada banyak ragamnya. Pelayanan di komunitas juga salah satunya, merupakan media positif untuk mengalihkan kita dari hal-hal negatif walau di dalamnya mungkin banyak orang-orang yang serupa dengan kita.
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”
(Yakobus 1:12)
Demikian review dari saya tentang drama korea The Glory, semoga bermanfaat untuk digunakan di sekolah, di tempat kerja, di pertemuan komunitas, maupun keluarga kita. Selamat menjalani hari-hari yang penuh tantangan. Semoga kita berhasil menjadi pemenang dan melewati garis finis dengan wajah tersenyum. Roh Allah kiranya menyertai kita semua. Amin.
Comments are closed